Eduwisata Membatik Bersama SDIT Salsabila 8 Pandowoharjo

Dalam rangka meningkatkan rasa cinta budaya dan jiwa kewirausahaan, Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Salsabila 8 Pandowoharjo melaksanakan kunjungan ke Program Studi S1 Rekayasa Tekstil FTI UII. Kunjungan yang diikuti oleh 27 murid dan 5 guru ini dikemas dalam kegiatan praktik membatik. “Mudah-mudahan senang semuanya, silakan dinikmati kegiatan ini, yang sudah pernah membatik maka bisa didalami lagi lewat kegiatan ini,” kata Bapak Ir. Agus Taufiq, M.Sc. selaku Ketua Program Studi S1 Rekayasa Tekstil FTI UII dalam sambutannya saat membuka acara.

Kegiatan Melekatkan Malam Batik pada Kain (13/03/23)

Mewakili pihak sekolah, Bapak Saryo, S.Ag. selaku Kepala Sekolah SDIT Salsabila 8 Pandowoharjo mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan. Dalam belajar, perlu ditekankan kepada murid-murid bahwa terdapat sesuatu yang dialami, bukan beban yang dialami. “Setiap murid kelas enam, kami ajak ke SLB (Sekolah Luar Biasa), panti jompo, hingga perguruan tinggi, agar murid-murid dapat lebih bersyukur atas kesempatan yang mereka dapatkan dalam hidup,” ujar Bapak Saryo. Beliau berharap semoga eduwisata ini menjadi pengalaman sehari menjadi mahasiswa Program Studi S1 Rekayasa Tekstil FTI UII yang menyenangkan.

Kegiatan praktik membatik dimulai dengan penyampaian materi oleh Ibu Ir. Sri Herlina, M.Si. dari Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Seni dan Budaya (BBPPMPV). Beliau juga merupakan alumni dari Program Studi S1 Rekayasa Tekstil FTI UII yang saat itu bernama Fakultas Teknologi Tekstil. Setelah itu, murid-murid SDIT Salsabila 8 Pandowoharjo yang sudah dibagi menjadi 7 kelompok melekatkan malam batik pada kain yang telah diberi motif. Setiap kelompok turut didampingi oleh satu mahasiswa Program Studi S1 Rekayasa Tekstil FTI UII.

Kegiatan Mewarnai Kain dan Melorodkan Malam (13/03/23)

Seusai melekatkan malam batik, berikutnya adalah pencelupan atau pewarnaan kain. Zat warna yang digunakan adalah zat warna naftol, di antaranya karena tidak memerlukan suhu tinggi sehingga relatif lebih aman dan memiliki arah warna yang bervariasi seperti kuning dan merah. Kain direndam terlebih dulu dalam larutan pembasah, kemudian dicelup zat warna naftol, lalu dicelup larutan garam diazonium untuk pembangkitan warna. Kain kemudian dicuci dan dikeringkan. Proses terakhir dilakukan pelorodan malam untuk melepaskan malam batik dari kain. (ASB)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *