Rekateks UII - Berita Terkini Event

Untuk ketiga kalinya, Program Studi (Prodi) Rekayasa Tekstil UII kembali menyelenggarakan kuliah tamu sebagai bagian dari aktivitas pengajaran. Beberapa waktu lalu, kuliah tamu pertama membahas nanoteknologi dan kuliah tamu ketiga membahas komposit. Dalam kesempatan yang sekaligus menjadi penutup semester genap 2020/2021, topik yang dibahas adalah fashion. Kuliah tamu ketiga telah dilaksanakan hari Rabu (07/07/21) melalui Zoom Meeting dengan dihadiri sedikitnya 40 peserta. Bertindak sebagai pemateri adalah Yuliana Fitri, S.E. selaku Owner dan Designer di Aruna Creative ID dan CV. Asti Reswara Nata, Yogyakarta.

Untuk ketiga kalinya, Program Studi (Prodi) Rekayasa Tekstil UII kembali menyelenggarakan kuliah tamu sebagai bagian dari aktivitas pengajaran. Beberapa waktu lalu, kuliah tamu pertama membahas nanoteknologi dan kuliah tamu kedua membahas komposit. Dalam kesempatan yang sekaligus menjadi penutup semester genap 2020/2021, topik yang dibahas adalah fashion. Kuliah tamu ketiga telah dilaksanakan hari Rabu (07/07/21) melalui Zoom Meeting dengan dihadiri sedikitnya 40 peserta. Bertindak sebagai pemateri adalah Yuliana Fitri, S.E. selaku Owner dan Designer di Aruna Creative ID dan CV. Asti Reswara Nata, Yogyakarta.

Poster kuliah tamu Prodi Rekayasa Tekstil UII 07/07/2021

“Saya terlahir dari keluarga yang notabene tailor,” tutur Mbak Uli, demikian beliau akrab disapa. Mbak Uli pernah bekerja di bank setelah berkuliah di jurusan manajemen. Setelah itu, ia bersekolah fashion untuk meningkatkan pengetahuan, lalu memutuskan berwirausaha. Selain sebagai designer dan entrepreneur, aktivitasnya juga mengikuti exhibition baik di dalam maupun luar negeri. Spesifikasi usaha yang diangkat adalah ethnic fashion atau tekstil wastra nusantara, seperti tenun dan jumputan, termasuk ecoprint dan sustainable fashion. Lini usaha lain yang ditekuninya adalah sandal etnik, konveksi seragam, dan peralatan seminar.

Sebagai pengantar, fashion designer atau perancang busana merupakan seseorang yang ahli dan terampil dalam mendesain pakaian. Jika menyebut Indonesia, maka designer yang berkarir di Indonesia atau designer yang berkiprah di luar negeri menggunakan Wastra Indonesia dengan ciri khas masing-masing daerah. Mbak Uli  kemudian mengambil contoh dua sosok yang mungkin masih asing karena belum terlalu terekspos. Pertama adalah Harry Halim yang kini bermukim di Perancis. Kedua adalah Didiet Hediprasetyo yang merupakan putra dari Prabowo Soebianto. Karya-karya yang diangkat salah satunya kain glossy untuk batik cap (printing).

Pemaparan materi kuliah tamu Prodi Rekayasa Tekstil UII 07/07/2021

Sosok designer lain ada Ghea Pangabean yang mengangkat batik jumputan dan mendiang Ramly dengan support system yang selalu diingat Mbak Uli, bahwa menjadi designer tidak hanya membuat pakaian, tetapi harus tahu lebih banyak mulai dari serat, benang, dan hasil yang memiliki arti. Untuk perkembangan designer di Indonesia, arahnya ke industri fashion. Konsumen lebih memilih pakaian kasual yang nyaman. Merek pun berpengaruh, seperti merek lokal yang mendukung pemulihan ekonomi nasional, merek yang dapat bertanggung jawab secara sosial (sustainable fashion), dan merek inklusif yang dapat merangkul keragaman.

Saat ini kita berada di era digital, Dian Pelangi bisa dijadikan pembelajaran bahwa penggunaan media digital perlu dikencangkan. “Untuk entertainment market, melalui YouTube dan media sosial lainnya yang sekarang dikembangkan, namun kadang latah. Biasanya videonya sama seperti itu, tidak ada pembeda, ini sebenarnya masalah, jadi melatah antara produsen, penjual, dan designer,” catat Mbak Uli. Terkait masa pandemi sekarang, terdapat plus dan minus masing-masing. Ada yang mengajarkan saling menghargai, namun tak bisa dipungkiri laba usaha banyak yang jatuh. Ladang virtual memang berdampak, namun tak cukup signifikan.

Peserta kuliah tamu Prodi Rekayasa Tekstil UII 07/07/2021

Selanjutnya perkembangan designer dunia, designer di luar negeri dapat dikatakan lebih mapan dari segi manajemen keuangan. Baik tenaga kerja maupun pemodal sudah cukup besar, sehingga designer dapat lebih fokus pada koleksi busana dan tidak perlu pusing apabila terjadi penurunan pendapatan (income). Designer di luar negeri punya tim yang solid dan kompeten serta keuangan yang luar biasa. Hal ini membuat pandemi tidak begitu berpengaruh terhadap kreativitas designer luar negeri, sebaliknya cukup berpengaruh terhadap kreativitas designer dalam negeri. Kreativitas designer ini berpengaruh terhadap naiknya penjualan produk.

Berdasarkan fenomena yang terjadi, diperlukan prediksi atau yang disebut trend forecasting bagi pelaku industri dan akademisi, mencakup perkembangan pola pikir, teknologi, gaya hidup, dan faktor-faktor lain. Sebelum tahun 2018, designer Indonesia mengacu ke luar negeri, namun kini tidak lagi karena melalui Kementerian Pariwisata dan Indonesian Fashion Chamber (IFC). Untuk forecasting fashion design Indonesia 2021/2022 terkait Covid-19, terdapat empat tema, yaitu essentiality dan spirituality yang memperhatikan filosofi hidup dan menghargai kekayaan lokal, serta exploitation dan exploration yang memperhatikan aspek seni. (ASB)

Kuliah Tamu Kedua : Teknologi Komposit pada Industri Pesawat Terbang

Rekateks UII - Berita Terkini

Tak bisa dipungkiri bahwa kita sedang berada dalam dua fase disrupsi, yaitu Revolusi Industri 4.0 dan Pandemi Covid-19. Apa saja yang sebenarnya perlu dipersiapkan untuk menghadapi tantangan dunia kerja? Berangkat dari hal tersebut, Program Studi (Prodi) Rekayasa Tekstil UII mengadakan webinar dengan judul “Persiapkan Diri Menghadapi Dunia Kerja”. Acara yang diikuti sedikitnya 120 peserta ini berlangsung Sabtu (03/07/21) melalui Zoom Meeting dan YouTube Live Streaming. Bertindak sebagai narasumber adalah Yoski dan Galang Galih Gibran, keduanya alumni Prodi Rekayasa Tekstil UII yang saat ini berkarir profesional.

Webinar Ketiga Prodi Rekayasa Tekstil UII di Tahun 2021

“Saya bekerja di salah satu perusahaan Jepang dari tahun 2017 sampai sekarang, serta ada freelance project yang masih on-going,” kata Yoski mengawali ceritanya. Apa yang dicapainya saat ini tak lepas dari pengalaman sekolah, mulai dari S1 di Prodi Rekayasa Tekstil UII sampai memperoleh beasiswa S2 di Thailand dan Amerika Serikat dengan bidang ilmu polimer. Semasa kuliah tersebut, Yoski memiliki banyak pengalaman organisasi yang mengasah hard skill dan soft skill, dua kemampuan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dunia kerja. Sistem terkomputerisasi menurutnya adalah yang paling dirasakan cukup memudahkan pekerjaan.

Berdasarkan pengalamannya terkait hard skill, gelar sarjana masih dibutuhkan sebagai syarat kerja di Indonesia. Kemampuan berbahasa juga demikian, terutama diharuskan bisa berbahasa Inggris. “Yang saya rasakan, karena perusahaan Jepang, tapi saya tidak bisa berbahasa Jepang, maka akan berbeda salary-nya dengan yang bisa berbahasa Jepang,” lanjut Yoski. Kita pun wajib bisa mengoperasikan komputer dan beberapa software tertentu, serta paham digital marketing dan dasar-dasar internet seperti meeting daring. Kita wajib belajar entrepreneurship sebagai hal yang juga penting, agar bisa bertahan di berbagai macam kondisi dan perubahan situasi.

Penyampaian materi webinar oleh Yoski yang bekerja di Hanwa Co. Ltd.

Sementara itu terkait soft skill, untuk fresh graduate tidak boleh menyerah. “Karena lulusan ini, harus perusahaan ini; itu kita tidak boleh terlalu idealis, seandainya seperti itu kita akan ketinggalan,” pesan Yoski. Selama cocok, jalani saja dulu, sambil berjalan menyesuaikan. Lalu kita wajib belajar leadership, sebab diinginkan atau tidak, ada jenjang karir yang mengharuskan kita jadi pimpinan. Berikutnya kita harus bisa berkomunikasi dengan atasan dan bawahan, bisa public speaking supaya tidak jalan di tempat, dan bisa beradaptasi dengan kondisi kerja ataupun karakter orang. Sebagai pelengkap, Yoski berbagi tips dan trik sukses di Rekayasa Tekstil UII.

“Sekarang saya bekerja dan tinggal di Belanda, perusahaannya sendiri adalah tekstil kimia yang juga memiliki pabrik di China dan Thailand, serta menjual produk di Indonesia,” kata Galang sebagai pembicara selanjutnya. Apa yang dicapainya saat ini pun tak lepas dari pengalaman studi S1 di Prodi Rekayasa Tekstil UII selama tiga tahun dan memperoleh beasiswa double degree untuk belajar di Belanda selama satu tahun. Disrupsi yang terjadi menurutnya dapat dimaknai sebagai dua hal berbeda, yaitu apakah bisa menjadi challenge atau merupakan opportunity. Seperti siklus, setiap kali mengalami krisis, selalu ada perubahan besar yang perlu disikapi.

Penyampaian materi webinar oleh Galang yang bekerja di Tanatex Chemicals B.V.

“Dari pengalaman saya, kemampuan beradaptasi itu sangat diuji,” sambung Galang. Terlebih lagi, masalah terbesar ketika kita bekerja justru bukan dari menyelesaikan pekerjaan itu sendiri. Sebab apa yang dipelajari di kampus bisa diterapkan di dunia kerja, tetapi ada cultural difference seperti gap umur, perbedaan pola pikir, dan ethical culture, itu yang lebih dihadapi. Senada dengan Yoski, Galang bercerita bahwa peluang kerja belum tentu selalu sesuai dengan yang diinginkan sehingga kita perlu terbuka untuk mempelajari hal-hal baru serta beradaptasi. “Pada intinya, semua ilmu itu pasti berguna, tinggal bagaimana menerapkannya,” pesan Galang.

Keterampilan berbahasa juga diperlukan di dunia kerja. CEO di tempat Galang bekerja diganti dengan yang bisa berbahasa Mandarin karena Cina mulai menjadi pusat perekonomian dunia. Etika dalam bersosialisasi dan berkomunikasi juga diperlukan. Dalam era digital saat ini, bukan hanya etika tatap muka secara offline melainkan juga secara online seperti menulis profil diri, mengirim email/surel, dan melakukan conference call. Lantas, apa gunanya kuliah? Kuliah itu mengajarkan kita bagaimana caranya belajar, berpikir, dan bekerja. Seperti bagaimana kita menyelesaikan masalah, metodenya itu yang dipelajari, bukan ilmu pastinya. (ASB)

Rekateks UII - Berita Terkini Event

Setelah kuliah tamu pertama pada bulan Maret 2021, Program Studi (Prodi) Rekayasa Tekstil UII kembali menyelenggarakan kuliah tamu kedua pada bulan Juni 2021. Topik yang dibawakan kali ini seputar perkembangan teknologi komposit serat aeronautika. Kuliah tamu kedua telah dilaksanakan hari Sabtu (19/06/21) melalui Zoom Meeting dan juga YouTube Live Streaming dengan dihadiri sedikitnya 150 peserta yang merupakan mahasiswa, dosen, dan dari masyarakat umum. Bertindak sebagai pemateri adalah Ir. Handoko Subawi, M.T. selaku Manager Manufacturing Development di PT. Dirgantara Indonesia dengan 25 tahun pengalaman profesional.

Poster kuliah tamu Prodi Rekayasa Tekstil UII 19/06/2021

“Sebagai pemahaman mendasar, material komposit dibuat lebih dari satu bahan penyusun, sifat kimia berbeda, ketika digabungkan menghasilkan jenis material baru yang berbeda namun sifat dari bahan-bahan pembentuknya masih bisa ditelusur,” kata Pak Handoko mengawali pemaparannya. Komposit ada yang sudah terbentuk secara alami sebagai karunia Allah dan ada pula rekayasa manusia untuk meniru atau mensintesis dengan harapan dapat memperbaiki sifat fisik, mekanik, elektrik, dan lain-lain sehingga lebih baik lagi. Pada prinsipnya, komposit tersusun dari dua komponen dasar, yaitu reinforcement (penguat) dan matrix (pengikat).

Untuk penguat, bisa berupa serat, logam, dan keramik. Sementara untuk matrix, bisa berupa polimer, logam, juga keramik. Komposit dengan matrix polimer dibedakan menjadi struktur primer misalnya badan pesawat terbang dan struktur sekunder misalnya bagian kendali seperti radar dan aileron. Kemudian komposit dengan matrix logam, digunakan untuk pesawat tempur dan komponen satelit, yang perlu suhu dan kecepatan lebih tinggi daripada penggunaan komersial. Lalu komposit dengan matrix keramik, digunakan pada pesawat luar angkasa. “Indonesia belum masuk ke sini, tapi ilmunya bisa dikuasai anak bangsa,” lanjut Pak Handoko.

Pemaparan materi kuliah tamu Prodi Rekayasa Tekstil UII 19/06/2021

Industri pesawat terbang di dunia dikuasai dua kubu besar. Pertama, di Eropa ada Airbus. Kedua di Amerika Serikat namanya Boeing. Komposit serat sudah digunakan oleh pesawat terbang sejak tahun 1970an pada tipe A300 hingga tahun 2000an pada tipe A380. Yang sedang ramai sekarang adalah Airbus A350 dimana komponen kompositnya semakin dominan. “Bagaimana dengan kita?” tanya Pak Handoko. Alumnus dari Institut Teknologi Bandung ini menerangkan bahwa PT. Dirgantara Indonesia sudah memproduksi CN295 yang merupakan kelanjutan dari CN235. Kompositnya antara lain terdapat di bagian kontrol permukaan, radar, dan aileron.

Pada pesawat terbang, polimer yang digunakan bukan termoplastik, melainkan termoset. Serat yang digunakan antara lain serat karbon (polyacrylonitrile), aramid (polyamide), dan serat gelas. Ada satu lagi namanya serat polyimide, namun belum digunakan untuk pesawat komersial, baru untuk pesawat tempur. Dalam garis besar prosesnya, serat karbon dipintal menjadi benang, lalu dibalur dengan resin basah, dan dikeringkan dengan suhu tinggi. “Dunia mulai berpikir pada efisiensi sumber daya dan konservasi lingkungan, sehingga tren ke depan menggunakan teknologi hemat energi dan ramah lingkungan,” demikian catatan dari Pak Handoko.

Peserta kuliah tamu Prodi Rekayasa Tekstil UII 19/06/2021

Ada dua tahap utama dalam membuat komponen pesawat terbang, yaitu laminasi (penumpukan) dan curing (pemanasan). Laminasi ada yang menggunakan cetakan tertutup dan cetakan terbuka, teknologinya disebut fiber placement, tape laying, dan resin infusion. Laminasi ini dilakukan dengan mesin otomatis dimana teknologinya berasal dari Eropa. “Terus pertanyaannya bagi mahasiswa, saya di UII bisa nggak belajar sampai (Eropa) sini?” lanjut Pak Handoko. Beliau menjawab, bisa. Sebab nanti ada program pelatihan terlebih dahulu dari PT. Dirgantara Indonesia sebelum bekerja, baik engineer maupun teknisi, bisa dikirim ke Madrid, Milan, dan lain-lain.

Berikutnya curing, ada yang menggunakan autoclave system dan bukan autoclave. Autoclave ini sejenis kapsul besar, seukuran dua lapangan sepak bola kalau di PT. Dirgantara Indonesia. Untuk yang bukan autoclave, teknologinya disebut oven system, hot forming, hot bonder, routing-drilling, dan robotic drilling system. Semua merupakan produk atau teknologi internasional sehingga orang-orang yang bekerja di industri pesawat terbang bisa dikirim untuk mengikuti pelatihan di luar negeri. “Pesan implisitnya bagi adik-adik mahasiswa, di luar kesibukan kuliah, jangan lupa. Satu, ngaji, ini penting. Dua, komunikasi Bahasa Inggris,” pesan Pak Handoko. (ASB)

Kuliah Tamu Pertama : Peran Nanoteknologi pada Bidang Tekstil