Program Studi S1 Rekayasa Tekstil FTI UII kembali menggelar kegiatan kuliah umum (general lecture) dengan format kolaborasi bertajuk “JIBB Goes to Campus” pada Selasa, 5 November 2025, di Auditorium FTI UII. Kegiatan ini merupakan hasil kerja sama prodi dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY, yang juga melibatkan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) DIY sebagai mitra pendukung. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian Jogja International Batik Biennale (JIBB) yang bertujuan memperkuat peran kampus dalam melestarikan serta mengembangkan batik sebagai warisan budaya dan potensi industri kreatif masa depan. Acara berlangsung lancar dengan dihadiri sedikitnya 50 mahasiswa aktif UII, baik reguler maupun internasional dari Kazakhstan, Taiwan, dan Pakistan.
Dalam sambutannya, Tazbir Abdullah selaku Wakil Ketua Dekranasda DIY, menyampaikan apresiasi kepada UII atas perannya dalam mendukung pelestarian batik melalui kegiatan edukatif seperti ini. “Hal ini merupakan wujud nyata sinergi antara akademisi dan pemerintah daerah untuk menjaga keberlanjutan batik sebagai identitas budaya sekaligus produk industri kreatif unggulan,” ungkap Pak Tazbir. Sementara itu, Dr.Eng. Rina Afiani Rebia, S.Hut., M.Eng. selaku Ketua Program Studi S1 Rekayasa Tekstil FTI UII, mengucapkan terima kasih kepada Disperindag DIY atas kepercayaannya kepada UII sebagai mitra penyelenggara kegiatan. “Kami memiliki mata kuliah Sains dan Rekayasa Batik untuk memperkenalkan aspek ilmiah dan teknologi dari batik kepada mahasiswa. Oleh karenanya, inovasi batik bisa terus berkembang secara modern tanpa meninggalkan nilai budaya,” ujar Bu Rina.

Penyampaian Materi General Lecture JIBB Goes to Campus (22/09/25)
Sesi utama kegiatan menghadirkan dua narasumber inspiratif, yakni Iffah M. Dewi, desainer sekaligus pendiri Sogan Batik, dan Miftahudin Nur Ihsan, CEO Smart Batik. Dengan dimoderatori oleh Lia Mustafa, diskusi berlangsung menarik dan membuka wawasan peserta tentang pentingnya konsep, manajemen, dan karakter dalam melestarikan batik. “Tidak harus menjadi entrepreneur untuk melestarikan batik, tetapi setiap orang bisa berkontribusi melalui perannya masing-masing,” ujar Iffah. Di sisi lain, Miftahudin menyoroti inovasi material ramah lingkungan seperti batik sawit, yang menggunakan malam berbasis minyak sawit yang dapat diolah kembali dan lebih berkelanjutan. “Modal utama bisnis bukanlah uang, melainkan karakter kita yang kreatif, solutif, dan pantang menyerah,” pesan Miftahudin.
Antusiasme mahasiswa terlihat dari sesi tanya jawab. Damar Tamura Rossi (2022) menanyakan strategi agar batik dapat diterima anak muda di keseharian, yang dijawab bahwa berbagai peran bisa menggunakan cara sesuai zamannya, seperti dengan ide kampanye kreatif sebagai fashion preneur, membuat program yang mengajak masyarakat untuk mencintai dan memakai batik sebagai anggota organisasi atau komunitas, serta membuat konten outfit of the day (OOTD) Batik sebagai content creator. Muhammad Dzikra Falah (2023) bertanya tentang cara menggabungkan batik dengan tren global tanpa kehilangan identitas budaya, dijawab dengan pentingnya kolaborasi antara akademisi dan praktisi untuk menciptakan tren global berbasis cerita budaya nusantara. Dimas Diki Zulfikar (2023) menanyakan strategi pemasaran produk batik dan mendapatkan penjelasan tentang pentingnya mengenali target pasar serta berjejaring dengan komunitas.

Sesi Fashion Show Batik Karya Narasumber (22/09/25)
Tak kalah menarik, Latifah Nur Oktaviani (2025) menyoroti isu batik printing yang membuat batik tulis kalah saing, dijawab dengan dorongan agar generasi muda lebih berani tampil dan mengedukasi masyarakat tentang keunikan batik tulis. Perbedaan antara batik printing atau tekstil motif batik dan batik tulis adalah pada tekstil motif batik warnanya tidak tembus atau hanya pada satu sisi kain, sedangkan pada batik tulis warnanya tembus pada kedua sisi kain. Pada akhrnya, JIBB Goes to Campus ini tidak hanya menjadi ajang berbagi ilmu antara akademisi dan praktisi, tetapi juga sarana untuk menumbuhkan kebanggaan dan tanggung jawab generasi muda dalam menjaga batik Indonesia. Di sela kegiatan, dilaksanakan pula fashion show batik karya dari Iffah M. Dewi dan Miftahudin Nur Ihsan. (ASB)








