Kuliah Tamu: Teknologi Komposit pada Industri Pesawat Terbang
Setelah kuliah tamu pertama pada bulan Maret 2021, Program Studi (Prodi) Rekayasa Tekstil UII kembali menyelenggarakan kuliah tamu kedua pada bulan Juni 2021. Topik yang dibawakan kali ini seputar perkembangan teknologi komposit serat aeronautika. Kuliah tamu kedua telah dilaksanakan hari Sabtu (19/06/21) melalui Zoom Meeting dan juga YouTube Live Streaming dengan dihadiri sedikitnya 150 peserta yang merupakan mahasiswa, dosen, dan dari masyarakat umum. Bertindak sebagai pemateri adalah Ir. Handoko Subawi, M.T. selaku Manager Manufacturing Development di PT. Dirgantara Indonesia dengan 25 tahun pengalaman profesional.
“Sebagai pemahaman mendasar, material komposit dibuat lebih dari satu bahan penyusun, sifat kimia berbeda, ketika digabungkan menghasilkan jenis material baru yang berbeda namun sifat dari bahan-bahan pembentuknya masih bisa ditelusur,” kata Pak Handoko mengawali pemaparannya. Komposit ada yang sudah terbentuk secara alami sebagai karunia Allah dan ada pula rekayasa manusia untuk meniru atau mensintesis dengan harapan dapat memperbaiki sifat fisik, mekanik, elektrik, dan lain-lain sehingga lebih baik lagi. Pada prinsipnya, komposit tersusun dari dua komponen dasar, yaitu reinforcement (penguat) dan matrix (pengikat).
Untuk penguat, bisa berupa serat, logam, dan keramik. Sementara untuk matrix, bisa berupa polimer, logam, juga keramik. Komposit dengan matrix polimer dibedakan menjadi struktur primer misalnya badan pesawat terbang dan struktur sekunder misalnya bagian kendali seperti radar dan aileron. Kemudian komposit dengan matrix logam, digunakan untuk pesawat tempur dan komponen satelit, yang perlu suhu dan kecepatan lebih tinggi daripada penggunaan komersial. Lalu komposit dengan matrix keramik, digunakan pada pesawat luar angkasa. “Indonesia belum masuk ke sini, tapi ilmunya bisa dikuasai anak bangsa,” lanjut Pak Handoko.
Industri pesawat terbang di dunia dikuasai dua kubu besar. Pertama, di Eropa ada Airbus. Kedua di Amerika Serikat namanya Boeing. Komposit serat sudah digunakan oleh pesawat terbang sejak tahun 1970an pada tipe A300 hingga tahun 2000an pada tipe A380. Yang sedang ramai sekarang adalah Airbus A350 dimana komponen kompositnya semakin dominan. “Bagaimana dengan kita?” tanya Pak Handoko. Alumnus dari Institut Teknologi Bandung ini menerangkan bahwa PT. Dirgantara Indonesia sudah memproduksi CN295 yang merupakan kelanjutan dari CN235. Kompositnya antara lain terdapat di bagian kontrol permukaan, radar, dan aileron.
Pada pesawat terbang, polimer yang digunakan bukan termoplastik, melainkan termoset. Serat yang digunakan antara lain serat karbon (polyacrylonitrile), aramid (polyamide), dan serat gelas. Ada satu lagi namanya serat polyimide, namun belum digunakan untuk pesawat komersial, baru untuk pesawat tempur. Dalam garis besar prosesnya, serat karbon dipintal menjadi benang, lalu dibalur dengan resin basah, dan dikeringkan dengan suhu tinggi. “Dunia mulai berpikir pada efisiensi sumber daya dan konservasi lingkungan, sehingga tren ke depan menggunakan teknologi hemat energi dan ramah lingkungan,” demikian catatan dari Pak Handoko.
Ada dua tahap utama dalam membuat komponen pesawat terbang, yaitu laminasi (penumpukan) dan curing (pemanasan). Laminasi ada yang menggunakan cetakan tertutup dan cetakan terbuka, teknologinya disebut fiber placement, tape laying, dan resin infusion. Laminasi ini dilakukan dengan mesin otomatis dimana teknologinya berasal dari Eropa. “Terus pertanyaannya bagi mahasiswa, saya di UII bisa nggak belajar sampai (Eropa) sini?” lanjut Pak Handoko. Beliau menjawab, bisa. Sebab nanti ada program pelatihan terlebih dahulu dari PT. Dirgantara Indonesia sebelum bekerja, baik engineer maupun teknisi, bisa dikirim ke Madrid, Milan, dan lain-lain.
Berikutnya curing, ada yang menggunakan autoclave system dan bukan autoclave. Autoclave ini sejenis kapsul besar, seukuran dua lapangan sepak bola kalau di PT. Dirgantara Indonesia. Untuk yang bukan autoclave, teknologinya disebut oven system, hot forming, hot bonder, routing-drilling, dan robotic drilling system. Semua merupakan produk atau teknologi internasional sehingga orang-orang yang bekerja di industri pesawat terbang bisa dikirim untuk mengikuti pelatihan di luar negeri. “Pesan implisitnya bagi adik-adik mahasiswa, di luar kesibukan kuliah, jangan lupa. Satu, ngaji, ini penting. Dua, komunikasi Bahasa Inggris,” pesan Pak Handoko. (ASB)
Kuliah Tamu Pertama : Peran Nanoteknologi pada Bidang Tekstil
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!