Techno Talk: Rekayasa Tekstil dalam Manufaktur Pesawat dan Kincir Angin

Rekateks UII - Berita Terkini

Selama ini, banyak yang beranggapan bahwa tekstil berhubungan dengan sandang atau pakaian saja. Sebagian dari kita mungkin berpikir jika tekstil itu hanya serat, benang, dan kain, padahal tidak demikian. “Tekstil itu semua prinsip fisika, kimia, biologi, ekonomi, dan juga seni, ditransformasikan menjadi satu, tidak sebatas fashion, tapi juga bisa medis, otomotif, dan bangunan,” kata Febriyanti Nurul Hidayah, S.T., B.Sc., M.Sc., dalam program Techno Talk di Unisi Radio 104.5 FM. Dalam program yang mengudara Kamis malam (11/02/2021), Ibu Febri membahas berbagai hal seputar tekstil pada pesawat terbang dan kincir angin.

Seperti apa itu? Berikut ulasan selengkapnya.

Bagaimana bisa Bu, tekstil masuk ke pesawat terbang dan kincir angin?

Dalam rekayasa tekstil dikenal istilah “conventional textile” untuk tekstil yang terkait sandang atau pakaian. Kemudian untuk tekstil nonsandang dikenal dengan istilah “technical textile” dan “smart textile”. Kalau di technical textile sendiri ada 12 bidang, beberapa di antaranya berkaitan dengan agroteknologi, konstruksi bangunan, otomotif, medis, food packaging, protective clothing, dan sports. Jadi, tekstil sebenarnya bisa masuk ke bidang mana pun.

Kalau di pesawat terbang, bagian mana yang termasuk tekstil?

Orang awam mungkin berpikir kalau tekstil di pesawat terbang itu bagian tirainya, atau bantalan kursi. Padahal bukan itu saja, badan pesawat terbang seperti sayap dan moncong itu termasuk tekstil.

Lalu desainnya seperti apa? Bagian apa saja yang dirancang?

Ketika menjadi mahasiswa dulu, saya melakukan kerja praktek di PT. Dirgantara Indonesia. Seperti diketahui, perusahaan tersebut bergerak di bidang manufaktur pesawat terbang. Di sana ada divisi komposit, komposit adalah tekstil yang dibuat dari berbagai macam bahan, termasuk serat, menjadi sifat baru. Selama ini kalau berbicara serat, kita tahu ada kapas dan polyester. Dalam komposit, ada serat dengan performa tinggi, seperti karbon, aramid, dan serat gelas. Serat dengan performa tinggi ini diproses menjadi lempengan tertentu yang dipasang dan dipakai sebagai badan pesawat.

Lebih dari 50% komposisi penyusun pesawat terbang saat ini terbuat dari komposit, seperti bagian moncong, badan, dan sayap, ekornya juga. Jadi dari ujung ke ujung, ada tekstil di sana. Ada namanya serat karbon, aramid, dan serat gelas tadi. Mungkin bagi orang awam, nama-nama ini cukup asing, namun berperan penting dalam industri tekstil. Untuk gambaran prosesnya, benang yang berukuran besar, dilapis, dicetak, lalu dioven atau dipanggang, menjadi bentuk bagian pesawat terbang. Proses ini bisa dilihat di PT. Dirgantara Indonesia. Tidak hanya itu, bagian kabin di atas kursi penumpang juga terbuat dari serat tekstil, rel atau tepian jendela juga. Dan kalau mau dikulik lagi, bagian kursi dan karpet di pesawat terbang, itu juga aplikasi dari rekayasa tekstil.

Oh, jadi tidak sebatas interior saja ya. Hal-hal apa yang menjadi pertimbangan?

Jadi tadi komposit merupakan material yang disusun dari serat dengan kemampuan atau performa tinggi. Komposit ini sebagai pengganti logam, dulu pesawat terbang terbuat dari besi dan aluminium yang relatif lebih berat. Sekarang perusahaan-perusahaan sudah menggunakan teknologi komposit. Dengan komposit, pesawat terbang menjadi lebih ringan, sehingga secara ekonomi, daya tampung penumpang dan bagasi menjadi lebih besar. Selain itu, kekuatan mekanik komposit lebih tinggi dari logam dan komposit bisa direkayasa sedemikian rupa sesuai sifat-sifat yang diinginkan. Komposit lebih tahan benturan dan juga tahan listrik, melindungi pesawat terbang dari petir. Nilai plus lainnya, logam akan berkarat atau punya sifat korosi, sedangkan serat tekstil tidak akan berkarat yang menjadikan durabilitas pesawat terbang lebih awet. Yang terpenting juga aspek safety, dan ini sudah terbukti oleh perusahaan-perusahaan besar kelas dunia seperti Boeing dan Airbus.

Sekarang kita ke kincir angin, Bu. Bagaimana kalau dengan kincir angin?

Di kincir angin kurang lebih sama seperti pada pesawat terbang, tapi ada perbedaan. Saya dulu pernah magang di salah satu perusahaan kincir angin di Belanda. Jadi kalau di pesawat terbang tadi ada karbon, aramid, dan serat gelas, yang merupakan serat dengan performa tinggi. Nah kalau di kincir angin ada plastik dengan performa tinggi yang dinamakan UHMWPE atau “ultra high molecular weight polyethylene”. Kalau di produk plastik kan ada keterangan seperti HDPE, LDPE, PET, dan lain-lain, jadi UHMWPE ini singkatnya adalah PE atau polyethylene dengan kekuatan super tinggi sehingga meskipun ringan dia tetap memiliki kekuatan mekanik yang tinggi.

Kincir angin konvensional terbuat dari logam, seperti dari baja, besi, dan aluminium. Sementara kincir angin yang lebih modern saat ini terbuat dari material komposit, yang setelah melewati berbagai penelitian, dari segi kekuatan mekanik lebih tinggi dari logam dengan harga produksi lebih hemat, sehingga banyak perusahaan kincir angin yang beralih ke komposit. Di samping itu, kincir angin di negara-negara Barat banyak terletak di daerah pesisir, sehingga mudah terkena abrasi air laut dan terdampak korosi. Dengan komposit, kincir angin menjadi lebih awet.

Performa kincir angin dari komposit lalu bagaimana?

Tentu juga lebih baik. Dengan bobot lebih ringan, jadi lebih mudah diputar oleh angin, energi yang dihasilkan dan disalurkan pun lebih besar.

Demikian semoga bermanfaat, sampai jumpa di Techno Talk selanjutnya. (ASB)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *