Rekayasa Tekstil UII Selenggarakan General Lecture Bersama UNNES Semarang
Program Studi S1 Rekayasa Tekstil FTI UII baru saja mengadakan kuliah umum (general lecture) bagi mahasiswa seluruh angkatan. Kegiatan berlangsung pada hari Kamis, 07 Desember 2023, jam 10.00 WIB bertempat di Auditorium FTI UII. Adapun yang menjadi pemateri adalah Prof. Adhi Kusumastuti, S.T., M.T., Ph.D. yang merupakan Guru Besar Bidang Ilmu Kimia Tekstil, Program Studi S1 Pendidikan Tata Busana, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES). Beliau merupakan Alumni Jurusan Teknik Kimia Konsentrasi Teknik Tekstil yang menyelesaikan S2 di Institut Teknologi Bandung dan S3 di Universiti Sains Malaysia.
“Secara institusional, kami mengucapkan terima kasih kepada Prof Adhi yang sudah menyempatkan waktu untuk pulang kampus dan memberikan kuliah umum di sini,” kata Ir. Agus Taufiq, M.Sc. selaku Ketua Program Studi S1 Rekayasa Tekstil FTI UII dalam sambutannya. Beliau menambahkan, keluarga besar tekstil UII sangat bangga bahwa ada alumninya yang sudah menjadi guru besar, semoga hal tersebut dapat menjadi contoh positif dan juga semangat yang baik bagi mahasiswa. Bertugas sebagai moderator kuliah umum adalah Dr.Eng. Rina Afiani Rebia, S.Hut., M.Eng. yang merupakan Dosen Program Studi S1 Rekayasa Tekstil FTI UII.
“Kalau sungai masih berwarna, roda kehidupan masih berjalan,” ucap Prof Adhi menanggapi Pekalongan yang pernah banjir merah akibat limbah tekstil sebagai pembuka kuliah umum. Lebih lanjut, tekstil dan produk tekstil (TPT) merupakan komoditas yang berperan dalam perekonomian Indonesia karena produksinya secara massal menyerap tenaga kerja dan menghasilkan devisa ekspor. Salah satu produksi yang dimaksud adalah pewarnaan tekstil, di samping menyimpan potensi juga menyimpan ancaman terkait dengan limbahnya. Saat ini dapat dikatakan bahwa pewarna alam jumlahnya sekitar 1%, sisanya pewarna sintetis.
Di antara upaya mencegah pencemaran lingkungan akibat limbah pewarnaan tekstil adalah upaya preventif, yaitu meminimalisir penggunaan pewarna sintetis dan beralih menggunakan pewarna alam. “Upaya lainnya adalah upaya kuratif, yaitu menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan dengan penelitian, seperti adsorpsi karbon aktif dan emulsion liquid membrane yang saya lakukan,” terang Prof Adhi. Kelebihan pewarna alam adalah dapat diperbarui (renewable), terurai alami (biodegradable), dan limbahnya dapat digunakan sebagai pupuk. Sementara itu, kekurangannya terbatas pada skala kecil sehingga relatif sulit untuk produksi massal dan warna tidak konsisten. Salah satu upaya menghasilkan warna alam yang lebih konsisten adalah mengubah ekstrak cair menjadi ekstrak bubuk.
Mahasiswa tampak antusias mengikuti kuliah umum. Hal ini tampak dari sejumlah pertanyaan yang diajukan. Salah satunya dari Aulia Muchammad Roqieba Hadna mahasiswa angkatan 2022 yang bertanya, “Apakah bisa menggunakan pewarna alam dari hewan?” Prof. Adhi menjawab, hal itu bisa namun tidak lazim digunakan karena dinilai kurang ekonomis. Pertanyaan lain dari Syahnanda Annisa mahasiswa angkatan 2020, “Bagaimana supaya penyerapan zat warna alam pada kain lebih efektif?” Hal tersebut dapat dimulai dari persiapan pencelupan, yaitu mordan, disesuaikan dengan kain dan pewarna alam yang digunakan. “Lalu proses ekstraksinya punya perlakuan tersendiri, sehingga perlu diketahui optimal pada parameter mana supaya terserap lebih sempurna,” pungkas Prof Adhi. (ASB).
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!