Setelah menjalani rangkaian kegiatan pesona taaruf, pengenalan nilai dasar Islam (PNDI), dan pekan taaruf, agenda selanjutnya bagi mahasiswa baru adalah penjelasan akademik. Agenda ini bertujuan untuk membekali mahasiswa dalam menjalani aktivitas perkuliahan selama empat tahun ke depan. Program Studi (Prodi) Rekayasa Tekstil UII melaksanakan Penjelasan Akademik pada hari Sabtu (25/09/21) pukul 10.00 WIB melalui Zoom Meeting dan YouTube Live Streaming.
Foto Bersama Penjelasan Akademik Rekayasa Tekstil UII 25/09/2021
Acara dimulai dengan sambutan dari Kaprodi Rekayasa Tekstil UII. “Kami menyambut baik mahasiwa baru, Anda beruntung bergabung dengan kita dalam rangka merajut masa depan karena kami merupakan satu-satunya prodi S1 yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Anda tidak salah pilih, prospeknya cukup cerah karena kita belum meluluskan saja, sudah banyak perusahaan booking,” kata Ir. Faisal R.M., M.T., Ph.D. selaku Kaprodi Rekayasa Tekstil UII.
Perkenalan Dosen dan Tendik Prodi Rekayasa Tekstil UII 25/09/2021
Acara dilanjutkan dengan pemutaran video profil prodi. Berikutnya perkenalan dosen dan tendik, dimana setiap dosen satu per satu menyampaikan pesan semangat kepada mahasiswa baru. Acara disambung dengan pemutaran video laboratorium. Setelah itu, acara inti adalah penyampaian materi yang mengacu Panduan Akademik dengan Tanggal Berlaku 01 September 2020 oleh Ahmad Satria Budiman, S.T., M.Sc. selaku Dosen Prodi Rekayasa Tekstil UII.
Penyampaian Materi Penjelasan Akademik Rekayasa Tekstil UII 25/09/2021
Dalam pemaparan materi penjelasan akademik, disampaikan berbagai hal mulai dari sejarah prodi, visi dan misi, tujuan, struktur organisasi di lingkungan FTI UII, laboratorium, kurikulum, aktivitas perkuliahan daring selama pandemi Covid-19, sistem akademik (KP, TA, habis teori, komprehensif, pendadaran), kemahasiswaan, beasiswa, fasilitas kampus, sampai peluang karir setelah lulus nantinya. Setelah tanya jawab, acara ditutup dengan games Kahoot. (ASB)
https://textiles.uii.ac.id/wp-content/uploads/2021/08/Rekateks-UII-Berita-Terkini-Event.jpeg315851textilesuiihttps://textiles.uii.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/Logo_Jurusan_Rekateks_rev2-300x117.pngtextilesuii2021-09-27 10:49:402021-09-27 10:50:33Penjelasan Akademik Mahasiswa Baru Rekayasa Tekstil Angkatan 2021
Halo teman-teman mahasiswa baru (maba) Program Studi S1 Rekayasa Tekstil FTI UII. Apa kabar di mana pun saat ini teman-teman berada? Semoga sehat dan bahagia selalu ya, tetap semangat menjalani aktivitas.
Tak kenal, maka ta’aruf.
Mari kita bershilaturahmi bersama secara daring antara mahasiswa, dosen, dan tendik, dalam agenda Penjelasan Akademik yang insya Allah dilaksanakan pada:
Oiya teman-teman sudah gabung di grup maba belum? Nanti untuk Meeting ID akan kami share juga melalui grup maba. Supaya tidak ketinggalan info-info penting, pastikan teman-teman sudah ada di grup maba.
Hayo, udah dapat spoiler apa aja nih tentang perkuliahan?
Sampai jumpa akhir pekan ini.
Wassalamu ‘alaikum wr. wb.
https://textiles.uii.ac.id/wp-content/uploads/2021/02/Rekateks-UII-Berita-Terkini.jpeg315851textilesuiihttps://textiles.uii.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/Logo_Jurusan_Rekateks_rev2-300x117.pngtextilesuii2021-09-22 20:57:172021-09-22 20:57:17Informasi: Penjelasan Akademik Mahasiswa Baru 2021
Sebagai bagian dari upaya untuk mendukung protokol kesehatan, menjaga lingkungan sekitar, dan memberi wawasan keilmuan, Program Studi (Prodi) Rekayasa Tekstil UII menyelenggarakan Webinar Pengabdian Seri 2 dengan tema “Masker dan Pengelolaan Daur Ulang Masker Medis”. Acara yang diikuti sedikitnya 165 peserta ini berlangsung Sabtu (21/08/21) melalui Zoom Meeting dan YouTube Live Streaming. Bertindak sebagai narasumber adalah Ir. Drs. Faisal RM, M.T., Ph.D., Dr. Eng. Rina Afiani Rebia, S.Hut., M.Eng., dan Febrianti Nurul Hidayah, S.T., B.Sc., M.Sc., ketiganya merupakan dosen di Prodi Rekayasa Tekstil UII.
“Sebagaimana diketahui, virus masuk ke tubuh manusia melalui hidung dan mulut, sehingga masker merupakan produk tekstil utama untuk menangkalnya,” tutur Ir. Drs. Faisal RM, M.T., Ph.D. selaku narasumber pertama. Dalam hal desain masker, ada desain struktur yang meliputi jenis serat, anyaman, dan kerapatan. Lalu ada desain permukaan terkait dengan warna dan motif masker. Sedangkan dalam hal bahan masker, perlu dipertimbangkan agar aman dan nyaman, seperti membuat permukaan masker yang halus dan tidak menimbulkan iritasi kulit.
Ada tiga jenis produk tekstil, yaitu tenun (woven), rajut (knitted), dan bukan tenun (non woven). Sebagian besar masker Covid-19 terbuat dari jenis non woven dengan tiga lapisan dimana paling luar bersifat menolak air (serat polyester), kemudian di tengah bersifat menahan virus (serat polypropylene), dan paling dalam bersifat menyerap air (serat kapas). Desain untuk masker berbeda sesuai fungsinya, sehingga masker penahan debu dan penahan virus desainnya tidak sama. Terlebih dengan adanya varian baru, desainnya perlu dievaluasi dan ditingkatkan.
Semakin banyak orang memakai masker tentu berdampak pada lingkungan karena semakin banyak pula limbah masker rumah tangga. “Berdasarkan data dari KLHK-RI sejak 19 Maret 2020 hingga 09 Februari 2021, total timbunan limbah medis Covid-19 mencapai 7.500 ton yang kurang lebih sama dengan 1.500 gajah. Bayangkan, bagaimana mengelolanya dan apa yang harus kita lakukan?” papar Dr. Eng. Rina Afiani Rebia, S.Hut., M.Eng. selaku narasumber kedua. Masker medis sekali pakai terbuat dari salah satu jenis plastik, yaitu polypropylene atau disingkat PP.
Polypropylene memiliki sifat termoplastik yang kuat dan murah, namun perlu 450 tahun untuk terurai habis. Berdasarkan produk yang beredar, ada juga jenis plastik lain sebagai bahan masker medis, yaitu polyester, polyurethane, dan polyethylene. Limbahnya berpotensi menjadi mikroplastik yang berbahaya. Insinerasi dan pirolisis bisa dilakukan untuk mengolah limbah masker sekali pakai. Selanjutnya sesuai anjuran dari Kemenkes-RI, masker sekali pakai dapat dikelola dengan dikumpulkan, di-desinfeksi, digunting, dibungkus, lalu dibuang ke tempat sampah domestik.
Pengolahan limbah masker medis sekali pakai juga dapat dilakukan dengan menjadikannya bijih plastik bahan baku geotekstil. Geotekstil merupakan satu dari dua belas bidang keilmuan tekstil teknik (technical textiles). “Geotekstil erat hubungannya dengan konstruksi jalan, jembatan, rel kereta api, dan bangunan, aplikasinya kurang lebih pada sistem drainase jalan tol. Sementara itu, masker medis yang dibahas di sini adalah yang digunakan oleh masyarakat umum dengan warna hijau atau biru, terbuat dari bahan utama polypropylene, dan terdiri dari tiga lapisan,” jelas Febrianti Nurul Hidayah, S.T., B.Sc., M.Sc. selaku narasumber ketiga.
Selain bahan masker medis, polypropylene dapat digunakan untuk tali pengangkat beban, karpet, keset, popok sekali pakai, dan pakaian olahraga. Daur ulang polypropylene sudah banyak dilakukan dengan peluang profit cukup besar, seperti jadi sikat gigi, botol, dan pipet/sedotan. Untuk bijih plastik geotekstil, daur ulang masker dilakukan dengan sterilisasi menggunakan pemutih (natrium hipoklorit), dibilas, direbus, dan dipotong kecil. Berikutnya potongan masker dilelehkan di mesin ekstruksi, lalu dicetak menjadi butiran polimer kecil; butiran hijau dari masker medis warna hijau dan butiran biru dari masker medis warna biru. (ASB)
https://textiles.uii.ac.id/wp-content/uploads/2021/02/Rekateks-UII-Berita-Terkini-Event-1.jpeg315851textilesuiihttps://textiles.uii.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/Logo_Jurusan_Rekateks_rev2-300x117.pngtextilesuii2021-08-23 19:00:032021-08-24 15:56:08Webinar Pengabdian Seri 2: Ketahui Pedoman dan Peluang Mengolah Limbah Masker Sekali Pakai
Halo sobat semua, gimana kabarnya? Semoga tetap sehat dan bahagia selalu ya. Sebagai salah satu upaya untuk mendukung protokol kesehatan dan menjaga lingkungan sekitar, Program Studi Rekayasa Tekstil UII akan menyelenggarakan Pengabdian Seri 2 dengan tema “Masker dan Pengelolaan Daur Ulang Masker Medis”.
Acara insya Allah dilaksanakan pada: 🗓️ Hari, Tanggal: Sabtu, 21 Agustus 2021 🕰️ Waktu: 10.00 – 12.00 WIB 🏠 Tempat: Zoom Meeting (meeting ID dan password dibagikan di WhatsApp Group setelah mendaftar)
🎉 Narasumber 1. *Ir. Drs. Faisal RM, M.T., Ph.D.* Sub Tema: “Desain dan Pemilihan Bahan Masker Covid-19 yang Aman dan Nyaman”
🎉 Narasumber 2. *Dr. Eng. Rina Afiani Rebia, S.Hut., M.Eng.* Sub Tema: “Dampak Lingkungan dan Tantangan Mengatasi Limbah Masker Rumah Tangga”
🎉 Narasumber 3. *Febrianti Nurul Hidayah, S.T., B.Sc., M.Sc.* Sub Tema: “Pengolahan Limbah Masker Medis Menjadi Bijih Plastik Bahan Baku Geotekstil”
🎉 Moderator *Latif Budiono* Mahasiswa Rekayasa Tekstil UII 2020
Webinar ini free, terbuka bagi siswa-siswi SMA/SMK/MA/Sederajat, Guru, Mahasiswa, dan Masyarakat Umum. Dapatkan ilmu yang bermanfaat, e-certificate, dan doorprize yang menarik. Tersedia juga bingkisan spesial, diundi bagi peserta yang mengikuti seluruh rangkaian acara pada Pengabdian Seri 1 dan Seri 2. Segera daftarkan dirimu: https://bit.ly/WRekateks
https://textiles.uii.ac.id/wp-content/uploads/2021/02/Rekateks-UII-Berita-Terkini.jpeg315851textilesuiihttps://textiles.uii.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/Logo_Jurusan_Rekateks_rev2-300x117.pngtextilesuii2021-08-16 07:19:052022-01-14 06:17:49Informasi: Webinar Pengabdian 2021 Seri 2
Sebagai bagian dari upaya untuk mendukung protokol kesehatan dan menjaga lingkungan sekitar, Program Studi (Prodi) Rekayasa Tekstil UII menyelenggarakan Webinar Pengabdian Seri 1 dengan tema “Efektivitas Penggunaan Masker di Masa Pandemi Covid-19”. Acara yang diikuti sedikitnya 100 peserta ini berlangsung Sabtu (14/08/21) melalui Zoom Meeting dan YouTube Live Streaming. Bertindak sebagai narasumber adalah Ir. Agus Taufiq, M.Sc. dan Ahmad Satria Budiman, S.T., M.Sc., keduanya merupakan dosen di Prodi Rekayasa Tekstil UII.
Sebagaimana diketahui, Pandemi Covid-19 membawa berbagai dampak bagi kehidupan kita. Mulai dari banyaknya kegiatan yang dibatalkan, ruang gerak masyarakat yang terbatas, aktivitas ekonomi yang sepi sehingga menurunkan pendapatan masyarakat, sejumlah tes kesehatan sebagai persyaratan kegiatan tertentu, hingga perkembangan varian virus. Namun di satu sisi, tumbuh rasa peduli dan saling bantu di tengah masyarakat, serta kesadaran untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Memakai masker merupakan salah satunya.
Ada tiga masalah utama pada kulit yang diakibatkan oleh pemakaian masker, yaitu timbulnya jerawat, rasa gatal pada wajah, serta munculnya ruam pada wajah. Hal ini dikarenakan panas dan lembab di daerah kulit yang tertutupi masker. Permasalahan tersebut dapat dicegah dengan lima langkah sederhana, yaitu memilih bahan masker yang tidak menyebabkan iritasi, mencuci wajah sebelum dan sesudah menggunakan masker, tidak memakai make up secara berlebihan, mengganti atau mencuci masker pada waktunya, dan menggunakan pelembab secara rutin.
“Misalnya masker yang terbuat dari bahan cotton (kapas), karena serat kapas memiliki komponen terbesar selulosa rantai panjang dengan sifat fisik yang lebih kuat dan tahan lama terhadap degradasi dari panas, bahan kimia, dan pengaruh biologis. Selain itu tidak mudah larut dalam air, alkali, ataupun pelarut organik, serta dalam keadaan kering bersifat higroskopis yaitu mudah menyerap uap air sehingga akan bersifat lunak,” terang Ir. Agus Taufiq, M.Sc., selaku narasumber pertama. Penggunaan masker yang sehat dan ideal perlu diganti setiap 4 jam.
Sementara itu, jenis-jenis masker yang beredar antara lain masker medis/masker bedah, masker kain, masker scuba (tidak disarankan karena efektivitas sekitar 5%), masker KF94, masker N95, dan masker KN95. Masyarakat dianjurkan untuk menggunakan masker dua rangkap dimana penggunaan yang tepat adalah dengan melapiskan masker kain di atas masker bedah. Tujuan utamanya ada dua, yaitu meningkatkan daya filtrasi sampai 85-90% dan meminimalkan celah udara. Celah di pipi wajah dari masker bedah dapat lebih ditutup dengan masker kain.
“Di samping itu, ada beberapa hal yang harus (do’s) dan tidak boleh dilakukan (don’ts). Masker harus menutup hidung, menutup mulut dan dagu, serta tidak membuat kita kesulitan bernapas. Kemudian masker dua rangkap bukan artinya masker bedah dan masker bedah, bukan masker KN95 dan masker bedah, tidak disarankan masker dengan katup udara karena bisa jadi celah masuknya virus,” sambung Ahmad Satria Budiman, S.T., M.Sc., selaku narasumber kedua. Senada sebelumnya, masker perlu diganti atau dicuci pada waktunya. (ASB)
https://textiles.uii.ac.id/wp-content/uploads/2021/02/Rekateks-UII-Berita-Terkini-Event-1.jpeg315851textilesuiihttps://textiles.uii.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/Logo_Jurusan_Rekateks_rev2-300x117.pngtextilesuii2021-08-15 07:48:122021-08-15 08:57:35Webinar Pengabdian Seri 1: Cermati Masalah Kulit dan Rangkap yang Benar dari Penggunaan Masker
Halo sobat semua, gimana kabarnya? Semoga tetap sehat dan bahagia selalu ya. Sebagai salah satu upaya untuk mendukung protokol kesehatan dan menjaga lingkungan sekitar, Program Studi Rekayasa Tekstil UII akan menyelenggarakan Pengabdian Seri 1 dengan mengangkat tema “Efektivitas Penggunaan Masker di Masa Pandemi Covid-19”.
Acara insya Allah dilaksanakan pada: 🗓️ Hari, Tanggal: Sabtu, 14 Agustus 2021 🕰️ Waktu: 10.00 – 12.00 WIB 🏠 Tempat: Zoom Meeting (meeting ID dan password dibagikan di WhatsApp Group setelah mendaftar)
🎉 Narasumber 1. *Ir. Agus Taufiq, M.Sc.* Sub Tema: “Mencegah Masalah Kulit Akibat Penggunaan Masker”
🎉 Narasumber 2. *Ahmad Satria Budiman, S.T., M.Sc.* Sub Tema: “Penggunaan Masker Dua Rangkap sebagai Ikhtiar Preventif Melindungi Diri dan Orang Lain”
Webinar ini free, terbuka bagi siswa-siswi SMA/SMK/MA/Sederajat, Guru, Mahasiswa, dan Masyarakat Umum. Dapatkan ilmu yang bermanfaat, e-certificate, dan doorprize yang menarik. Tersedia juga bingkisan spesial, diundi bagi peserta yang mengikuti seluruh rangkaian acara pada Pengabdian Seri 1 dan Seri 2. Segera daftarkan dirimu: https://bit.ly/WRekateks
Nantikan informasi selanjutnya untuk Pengabdian Seri 2.
https://textiles.uii.ac.id/wp-content/uploads/2021/02/Rekateks-UII-Berita-Terkini.jpeg315851textilesuiihttps://textiles.uii.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/Logo_Jurusan_Rekateks_rev2-300x117.pngtextilesuii2021-08-10 11:16:522022-01-14 06:17:00Informasi: Webinar Pengabdian 2021 Seri 1
Untuk ketiga kalinya, Program Studi (Prodi) Rekayasa Tekstil UII kembali menyelenggarakan kuliah tamu sebagai bagian dari aktivitas pengajaran. Beberapa waktu lalu, kuliah tamu pertama membahas nanoteknologi dan kuliah tamu ketiga membahas komposit. Dalam kesempatan yang sekaligus menjadi penutup semester genap 2020/2021, topik yang dibahas adalah fashion. Kuliah tamu ketiga telah dilaksanakan hari Rabu (07/07/21) melalui Zoom Meeting dengan dihadiri sedikitnya 40 peserta. Bertindak sebagai pemateri adalah Yuliana Fitri, S.E. selaku Owner dan Designer di Aruna Creative ID dan CV. Asti Reswara Nata, Yogyakarta.
Untuk ketiga kalinya, Program Studi (Prodi) Rekayasa Tekstil UII kembali menyelenggarakan kuliah tamu sebagai bagian dari aktivitas pengajaran. Beberapa waktu lalu, kuliah tamu pertama membahas nanoteknologi dan kuliah tamu kedua membahas komposit. Dalam kesempatan yang sekaligus menjadi penutup semester genap 2020/2021, topik yang dibahas adalah fashion. Kuliah tamu ketiga telah dilaksanakan hari Rabu (07/07/21) melalui Zoom Meeting dengan dihadiri sedikitnya 40 peserta. Bertindak sebagai pemateri adalah Yuliana Fitri, S.E. selaku Owner dan Designer di Aruna Creative ID dan CV. Asti Reswara Nata, Yogyakarta.
“Saya terlahir dari keluarga yang notabene tailor,” tutur Mbak Uli, demikian beliau akrab disapa. Mbak Uli pernah bekerja di bank setelah berkuliah di jurusan manajemen. Setelah itu, ia bersekolah fashion untuk meningkatkan pengetahuan, lalu memutuskan berwirausaha. Selain sebagai designer dan entrepreneur, aktivitasnya juga mengikuti exhibition baik di dalam maupun luar negeri. Spesifikasi usaha yang diangkat adalah ethnic fashion atau tekstil wastra nusantara, seperti tenun dan jumputan, termasuk ecoprint dan sustainable fashion. Lini usaha lain yang ditekuninya adalah sandal etnik, konveksi seragam, dan peralatan seminar.
Sebagai pengantar, fashion designer atau perancang busana merupakan seseorang yang ahli dan terampil dalam mendesain pakaian. Jika menyebut Indonesia, maka designer yang berkarir di Indonesia atau designer yang berkiprah di luar negeri menggunakan Wastra Indonesia dengan ciri khas masing-masing daerah. Mbak Uli kemudian mengambil contoh dua sosok yang mungkin masih asing karena belum terlalu terekspos. Pertama adalah Harry Halim yang kini bermukim di Perancis. Kedua adalah Didiet Hediprasetyo yang merupakan putra dari Prabowo Soebianto. Karya-karya yang diangkat salah satunya kain glossy untuk batik cap (printing).
Sosok designer lain ada Ghea Pangabean yang mengangkat batik jumputan dan mendiang Ramly dengan support system yang selalu diingat Mbak Uli, bahwa menjadi designer tidak hanya membuat pakaian, tetapi harus tahu lebih banyak mulai dari serat, benang, dan hasil yang memiliki arti. Untuk perkembangan designer di Indonesia, arahnya ke industri fashion. Konsumen lebih memilih pakaian kasual yang nyaman. Merek pun berpengaruh, seperti merek lokal yang mendukung pemulihan ekonomi nasional, merek yang dapat bertanggung jawab secara sosial (sustainable fashion), dan merek inklusif yang dapat merangkul keragaman.
Saat ini kita berada di era digital, Dian Pelangi bisa dijadikan pembelajaran bahwa penggunaan media digital perlu dikencangkan. “Untuk entertainment market, melalui YouTube dan media sosial lainnya yang sekarang dikembangkan, namun kadang latah. Biasanya videonya sama seperti itu, tidak ada pembeda, ini sebenarnya masalah, jadi melatah antara produsen, penjual, dan designer,” catat Mbak Uli. Terkait masa pandemi sekarang, terdapat plus dan minus masing-masing. Ada yang mengajarkan saling menghargai, namun tak bisa dipungkiri laba usaha banyak yang jatuh. Ladang virtual memang berdampak, namun tak cukup signifikan.
Selanjutnya perkembangan designer dunia, designer di luar negeri dapat dikatakan lebih mapan dari segi manajemen keuangan. Baik tenaga kerja maupun pemodal sudah cukup besar, sehingga designer dapat lebih fokus pada koleksi busana dan tidak perlu pusing apabila terjadi penurunan pendapatan (income). Designer di luar negeri punya tim yang solid dan kompeten serta keuangan yang luar biasa. Hal ini membuat pandemi tidak begitu berpengaruh terhadap kreativitas designer luar negeri, sebaliknya cukup berpengaruh terhadap kreativitas designer dalam negeri. Kreativitas designer ini berpengaruh terhadap naiknya penjualan produk.
Berdasarkan fenomena yang terjadi, diperlukan prediksi atau yang disebut trend forecasting bagi pelaku industri dan akademisi, mencakup perkembangan pola pikir, teknologi, gaya hidup, dan faktor-faktor lain. Sebelum tahun 2018, designer Indonesia mengacu ke luar negeri, namun kini tidak lagi karena melalui Kementerian Pariwisata dan Indonesian Fashion Chamber (IFC). Untuk forecasting fashion design Indonesia 2021/2022 terkait Covid-19, terdapat empat tema, yaitu essentiality dan spirituality yang memperhatikan filosofi hidup dan menghargai kekayaan lokal, serta exploitation dan exploration yang memperhatikan aspek seni. (ASB)
https://textiles.uii.ac.id/wp-content/uploads/2021/02/Rekateks-UII-Berita-Terkini-Event-1.jpeg315851textilesuiihttps://textiles.uii.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/Logo_Jurusan_Rekateks_rev2-300x117.pngtextilesuii2021-07-15 21:12:262021-07-22 14:48:57Kuliah Tamu: Perkembangan dan Tantangan Dunia Desainer di Indonesia
Tak bisa dipungkiri bahwa kita sedang berada dalam dua fase disrupsi, yaitu Revolusi Industri 4.0 dan Pandemi Covid-19. Apa saja yang sebenarnya perlu dipersiapkan untuk menghadapi tantangan dunia kerja? Berangkat dari hal tersebut, Program Studi (Prodi) Rekayasa Tekstil UII mengadakan webinar dengan judul “Persiapkan Diri Menghadapi Dunia Kerja”. Acara yang diikuti sedikitnya 120 peserta ini berlangsung Sabtu (03/07/21) melalui Zoom Meeting dan YouTube Live Streaming. Bertindak sebagai narasumber adalah Yoski dan Galang Galih Gibran, keduanya alumni Prodi Rekayasa Tekstil UII yang saat ini berkarir profesional.
“Saya bekerja di salah satu perusahaan Jepang dari tahun 2017 sampai sekarang, serta ada freelance project yang masih on-going,” kata Yoski mengawali ceritanya. Apa yang dicapainya saat ini tak lepas dari pengalaman sekolah, mulai dari S1 di Prodi Rekayasa Tekstil UII sampai memperoleh beasiswa S2 di Thailand dan Amerika Serikat dengan bidang ilmu polimer. Semasa kuliah tersebut, Yoski memiliki banyak pengalaman organisasi yang mengasah hard skill dan soft skill, dua kemampuan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dunia kerja. Sistem terkomputerisasi menurutnya adalah yang paling dirasakan cukup memudahkan pekerjaan.
Berdasarkan pengalamannya terkait hard skill, gelar sarjana masih dibutuhkan sebagai syarat kerja di Indonesia. Kemampuan berbahasa juga demikian, terutama diharuskan bisa berbahasa Inggris. “Yang saya rasakan, karena perusahaan Jepang, tapi saya tidak bisa berbahasa Jepang, maka akan berbeda salary-nya dengan yang bisa berbahasa Jepang,” lanjut Yoski. Kita pun wajib bisa mengoperasikan komputer dan beberapa software tertentu, serta paham digital marketing dan dasar-dasar internet seperti meeting daring. Kita wajib belajar entrepreneurship sebagai hal yang juga penting, agar bisa bertahan di berbagai macam kondisi dan perubahan situasi.
Sementara itu terkait soft skill, untuk fresh graduate tidak boleh menyerah. “Karena lulusan ini, harus perusahaan ini; itu kita tidak boleh terlalu idealis, seandainya seperti itu kita akan ketinggalan,” pesan Yoski. Selama cocok, jalani saja dulu, sambil berjalan menyesuaikan. Lalu kita wajib belajar leadership, sebab diinginkan atau tidak, ada jenjang karir yang mengharuskan kita jadi pimpinan. Berikutnya kita harus bisa berkomunikasi dengan atasan dan bawahan, bisa public speaking supaya tidak jalan di tempat, dan bisa beradaptasi dengan kondisi kerja ataupun karakter orang. Sebagai pelengkap, Yoski berbagi tips dan trik sukses di Rekayasa Tekstil UII.
“Sekarang saya bekerja dan tinggal di Belanda, perusahaannya sendiri adalah tekstil kimia yang juga memiliki pabrik di China dan Thailand, serta menjual produk di Indonesia,” kata Galang sebagai pembicara selanjutnya. Apa yang dicapainya saat ini pun tak lepas dari pengalaman studi S1 di Prodi Rekayasa Tekstil UII selama tiga tahun dan memperoleh beasiswa double degree untuk belajar di Belanda selama satu tahun. Disrupsi yang terjadi menurutnya dapat dimaknai sebagai dua hal berbeda, yaitu apakah bisa menjadi challenge atau merupakan opportunity. Seperti siklus, setiap kali mengalami krisis, selalu ada perubahan besar yang perlu disikapi.
“Dari pengalaman saya, kemampuan beradaptasi itu sangat diuji,” sambung Galang. Terlebih lagi, masalah terbesar ketika kita bekerja justru bukan dari menyelesaikan pekerjaan itu sendiri. Sebab apa yang dipelajari di kampus bisa diterapkan di dunia kerja, tetapi ada cultural difference seperti gap umur, perbedaan pola pikir, dan ethical culture, itu yang lebih dihadapi. Senada dengan Yoski, Galang bercerita bahwa peluang kerja belum tentu selalu sesuai dengan yang diinginkan sehingga kita perlu terbuka untuk mempelajari hal-hal baru serta beradaptasi. “Pada intinya, semua ilmu itu pasti berguna, tinggal bagaimana menerapkannya,” pesan Galang.
Keterampilan berbahasa juga diperlukan di dunia kerja. CEO di tempat Galang bekerja diganti dengan yang bisa berbahasa Mandarin karena Cina mulai menjadi pusat perekonomian dunia. Etika dalam bersosialisasi dan berkomunikasi juga diperlukan. Dalam era digital saat ini, bukan hanya etika tatap muka secara offline melainkan juga secara online seperti menulis profil diri, mengirim email/surel, dan melakukan conference call. Lantas, apa gunanya kuliah? Kuliah itu mengajarkan kita bagaimana caranya belajar, berpikir, dan bekerja. Seperti bagaimana kita menyelesaikan masalah, metodenya itu yang dipelajari, bukan ilmu pastinya. (ASB)
https://textiles.uii.ac.id/wp-content/uploads/2021/02/Rekateks-UII-Berita-Terkini.jpeg315851textilesuiihttps://textiles.uii.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/Logo_Jurusan_Rekateks_rev2-300x117.pngtextilesuii2021-07-08 22:09:432021-07-15 12:42:45Webinar: Persiapkan Diri Menghadapi Dunia Kerja
Setelah kuliah tamu pertama pada bulan Maret 2021, Program Studi (Prodi) Rekayasa Tekstil UII kembali menyelenggarakan kuliah tamu kedua pada bulan Juni 2021. Topik yang dibawakan kali ini seputar perkembangan teknologi komposit serat aeronautika. Kuliah tamu kedua telah dilaksanakan hari Sabtu (19/06/21) melalui Zoom Meeting dan juga YouTube Live Streaming dengan dihadiri sedikitnya 150 peserta yang merupakan mahasiswa, dosen, dan dari masyarakat umum. Bertindak sebagai pemateri adalah Ir. Handoko Subawi, M.T. selaku Manager Manufacturing Development di PT. Dirgantara Indonesia dengan 25 tahun pengalaman profesional.
“Sebagai pemahaman mendasar, material komposit dibuat lebih dari satu bahan penyusun, sifat kimia berbeda, ketika digabungkan menghasilkan jenis material baru yang berbeda namun sifat dari bahan-bahan pembentuknya masih bisa ditelusur,” kata Pak Handoko mengawali pemaparannya. Komposit ada yang sudah terbentuk secara alami sebagai karunia Allah dan ada pula rekayasa manusia untuk meniru atau mensintesis dengan harapan dapat memperbaiki sifat fisik, mekanik, elektrik, dan lain-lain sehingga lebih baik lagi. Pada prinsipnya, komposit tersusun dari dua komponen dasar, yaitu reinforcement (penguat) dan matrix (pengikat).
Untuk penguat, bisa berupa serat, logam, dan keramik. Sementara untuk matrix, bisa berupa polimer, logam, juga keramik. Komposit dengan matrix polimer dibedakan menjadi struktur primer misalnya badan pesawat terbang dan struktur sekunder misalnya bagian kendali seperti radar dan aileron. Kemudian komposit dengan matrix logam, digunakan untuk pesawat tempur dan komponen satelit, yang perlu suhu dan kecepatan lebih tinggi daripada penggunaan komersial. Lalu komposit dengan matrix keramik, digunakan pada pesawat luar angkasa. “Indonesia belum masuk ke sini, tapi ilmunya bisa dikuasai anak bangsa,” lanjut Pak Handoko.
Industri pesawat terbang di dunia dikuasai dua kubu besar. Pertama, di Eropa ada Airbus. Kedua di Amerika Serikat namanya Boeing. Komposit serat sudah digunakan oleh pesawat terbang sejak tahun 1970an pada tipe A300 hingga tahun 2000an pada tipe A380. Yang sedang ramai sekarang adalah Airbus A350 dimana komponen kompositnya semakin dominan. “Bagaimana dengan kita?” tanya Pak Handoko. Alumnus dari Institut Teknologi Bandung ini menerangkan bahwa PT. Dirgantara Indonesia sudah memproduksi CN295 yang merupakan kelanjutan dari CN235. Kompositnya antara lain terdapat di bagian kontrol permukaan, radar, dan aileron.
Pada pesawat terbang, polimer yang digunakan bukan termoplastik, melainkan termoset. Serat yang digunakan antara lain serat karbon (polyacrylonitrile), aramid (polyamide), dan serat gelas. Ada satu lagi namanya serat polyimide, namun belum digunakan untuk pesawat komersial, baru untuk pesawat tempur. Dalam garis besar prosesnya, serat karbon dipintal menjadi benang, lalu dibalur dengan resin basah, dan dikeringkan dengan suhu tinggi. “Dunia mulai berpikir pada efisiensi sumber daya dan konservasi lingkungan, sehingga tren ke depan menggunakan teknologi hemat energi dan ramah lingkungan,” demikian catatan dari Pak Handoko.
Ada dua tahap utama dalam membuat komponen pesawat terbang, yaitu laminasi (penumpukan) dan curing (pemanasan). Laminasi ada yang menggunakan cetakan tertutup dan cetakan terbuka, teknologinya disebut fiber placement, tape laying, dan resin infusion. Laminasi ini dilakukan dengan mesin otomatis dimana teknologinya berasal dari Eropa. “Terus pertanyaannya bagi mahasiswa, saya di UII bisa nggak belajar sampai (Eropa) sini?” lanjut Pak Handoko. Beliau menjawab, bisa. Sebab nanti ada program pelatihan terlebih dahulu dari PT. Dirgantara Indonesia sebelum bekerja, baik engineer maupun teknisi, bisa dikirim ke Madrid, Milan, dan lain-lain.
Berikutnya curing, ada yang menggunakan autoclave system dan bukan autoclave. Autoclave ini sejenis kapsul besar, seukuran dua lapangan sepak bola kalau di PT. Dirgantara Indonesia. Untuk yang bukan autoclave, teknologinya disebut oven system, hot forming, hot bonder, routing-drilling, dan robotic drilling system. Semua merupakan produk atau teknologi internasional sehingga orang-orang yang bekerja di industri pesawat terbang bisa dikirim untuk mengikuti pelatihan di luar negeri. “Pesan implisitnya bagi adik-adik mahasiswa, di luar kesibukan kuliah, jangan lupa. Satu, ngaji, ini penting. Dua, komunikasi Bahasa Inggris,” pesan Pak Handoko. (ASB)
https://textiles.uii.ac.id/wp-content/uploads/2021/02/Rekateks-UII-Berita-Terkini-Event-1.jpeg315851textilesuiihttps://textiles.uii.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/Logo_Jurusan_Rekateks_rev2-300x117.pngtextilesuii2021-07-01 22:24:342021-07-03 15:56:34Kuliah Tamu: Teknologi Komposit pada Industri Pesawat Terbang
Berdasarkan hasil sebuah riset, delapan dari sepuluh perusahaan di Indonesia kesulitan untuk mendapatkan lulusan perguruan tinggi siap pakai. Apakah kuliah dan bekerja, keduanya bisa sejalan? Untuk membahasnya, Program Studi (Prodi) Rekayasa Tekstil UII mengadakan webinar dengan judul “Strategi Memilih Jurusan Kuliah yang Ideal.” Acara yang diikuti sedikitnya 80 peserta ini berlangsung Sabtu (10/04/21) melalui Zoom Meeting dan YouTube Live Streaming. Bertindak sebagai narasumber adalah Ratna Syifa’a Rachmahana selaku Dosen Prodi Psikologi FPISB UII dan Ahmad Satria Budiman selaku Dosen Prodi Rekayasa Tekstil FTI UII.
Sebagai pengantar, Ibu Ratna menyampaikan bahwa kuliah itu tidak seperti kita beli baju yang kalau ternyata kekecilan mungkin bisa dikasih ke orang atau kalau kebesaran bisa dijahit untuk dikecilkan sesuai tubuh kita. Kuliah tidak seperti itu, kuliah membutuhkan usaha yang membuat kita harus hati-hati dan teliti. Kita akan membutuhkan waktu dan biaya tidak sedikit, uang bisa dicari, tapi waktu tidak pernah bisa kembali. Oleh karena itu, penting sekali untuk mempertimbangkan dengan baik ke mana akan melangkah setelah lulus SMA/SMK/MA.
Kita biasanya memiliki dua pilihan, mau kerja atau kuliah. Dua-duanya tidak ringan. Pertama, mengapa harus kerja, mengapa harus kuliah. Kedua, di mana kita mau kerja, di mana kita mau kuliah. Kemudian yang ketiga, bagaimana kita kerja, bagaimana kita kuliah. “Apakah kita tertarik untuk mengambil program studi yang cepat lulus, atau tertarik untuk jadi ilmuwan ambil S1, S2, dan seterusnya,” kata Ibu Ratna. Ketiga pertanyaan besar tersebut perlu dijawab terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan dan bisa dibantu penyelesaiannya dengan analisis SWOT.
Analisis dimulai dari strength (S)/kekuatan dan weakness (W)/kelemahan. Di sini, keduanya merupakan bagian internal dari diri kita, sehingga kita mulai dengan mengkaji dari dalam diri. Untuk kekuatan, kita bisa melihat hal-hal positif dalam diri, seperti mata pelajaran favorit dan prestasi akademik maupun non-akademik. Berikutnya untuk kelemahan, kita bisa melihat dari hal-hal yang kurang disukai dan prestasi terendah meski sudah berusaha maksimal. “Kita sudah belajar biologi mati-matian, tapi kok nilainya paling banter 7, di matematika nggak terlalu niat gampang dapat 8, jadi kita ambil jurusan yang tidak banyak biologi,” terang Ibu Ratna.
Kemudian berlanjut ke opportunities (O)/peluang dan threats (T)/hambatan. Jurusan kuliah dapat dipilih berdasarkan peluang, antara lain kampus-kampus yang terbaik. Idealnya dengan melihat profil jurusan, alumni, fasilitas, dan peluang kerja setelah lulus. Sementara hambatan untuk memilih jurusan, antara lain biaya kuliah seperti ada beasiswa atau tidak, serta persaingan masuk. Semakin favorit, biasanya semakin kecil peluang, tapi sebetulnya hambatan bukan untuk dihindari, melainkan untuk diatasi. Pada akhirnya setelah ada keputusan jurusan, tiga hal yang perlu dilakukan adalah niat yang tepat, komitmen yang kuat, dan usaha yang hebat.
Tidak jauh berbeda dengan analisis SWOT, Pak Budi mengemukakan bahwa memilih jurusan kuliah dapat dilakukan dengan mengenal diri sendiri. Kita tanyakan terlebih dahulu “apa yang saya mau dan apa yang saya bisa” pada diri sendiri, setelah itu kita bisa menentukan minat dan bakat kita ada di mana. Pertimbangan peluang masa depan juga penting, seperti arah karir, capaian kerja, relasi sosial, dan pola hidup, terkait dengan apa yang dilakukan setelah lulus dari jurusan tersebut. Jurusan kuliah bisa ditentukan melalui diskusi dengan teman, guru, atau kerabat, tes psikologi (psikotes), dan tes sidik jari, dengan plus minus masing-masing.
“Pada akhirnya, di mana pun kuliah tidak jauh berbeda karena kita hanya perlu tekun dan teguh menjalaninya, kuliah hanya gerbang awal, setelah itu ada proses-proses hidup lain yang akan dihadapi,” sambung Pak Budi. Narasumber kedua ini juga berbagi pengalaman tentang kegagalannya mengikuti SNMPTN, “Itu sama seperti UTBK kalau sekarang. Saya maksimalkan seluruh kesempatan yang ada saat itu selama tiga tahun untuk ikut SNMPTN, namun tidak ada yang lolos.” Ketika gagal, bukan berarti kita bodoh, kesempatan kita disediakan Allah di tempat lain. Kita perlu mengubah kegagalan jadi peluang, antara lain kejar alternatif selain PTN. (ASB)
https://textiles.uii.ac.id/wp-content/uploads/2021/02/Rekateks-UII-Berita-Terkini.jpeg315851textilesuiihttps://textiles.uii.ac.id/wp-content/uploads/2020/05/Logo_Jurusan_Rekateks_rev2-300x117.pngtextilesuii2021-04-27 10:49:242021-04-27 10:51:18Webinar: Strategi Memilih Jurusan Kuliah yang Ideal