Rekateks UII - Berita Terkini

Engineering merupakan bidang keilmuan yang mempelajari penerapan sains dan teknologi untuk meningkatkan taraf hidup manusia. Di perguruan tinggi, engineering identik dengan jurusan atau program studi teknik, seperti teknik elektro, teknik kimia, teknik mesin, dan lain-lain. “Menterjemahkan engineering itu rekayasa, bukan saja teknologi, sehingga kami di sini lebih menggunakan istilah Rekayasa Tekstil daripada Teknik Tekstil,” terang Drs. Ir. Faisal R.M., M.T., Ph.D., dalam program Techno Talk di Unisi Radio 104.5 FM. Dalam program yang mengudara Kamis malam (18/02/2021), Bapak Faisal menyampaikan serba-serbi rekayasa tekstil.

Seperti apa itu? Berikut ulasan selengkapnya.

Rekayasa itu sama seperti inovasi, Pak?

Iya boleh, rekayasa artinya menciptakan suatu produk hasil dari inovasi. Mulai dari mengamati sekitar, melihat yang sudah ada, lalu menambah yang kira-kira bisa ditingkatkan atau disempurnakan. Engineering itu mengubah, mengolah, memberi nilai tambah, dari bahan mentah menjadi produk setengah jadi ataupun produk jadi.

Lalu, tekstil itu sendiri?

Serat, benang, kain, itu terlalu sempit. Pengertian tekstil itu lembaran, apakah diperoleh dari tenun atau rajut, dan juga dari compress (tekanan). Sekarang lebih luas lagi, sehingga tekstil itu produk-produk untuk sandang ataupun nonsandang.

Nonsandang contohnya tekstil medis, seperti masker, APD, benang operasi, dan perban. Ada persyaratan yang harus dipenuhi. Kemudian ada tekstil ruang angkasa, seperti pakaian astronaut, badan pesawat ulang-alik, nah badan pesawat ini terbuat dari namanya komposit, material gabungan. Lalu ada tekstil untuk konstruksi, seperti untuk tanah yang kondisinya masih labil bisa dilapisi dengan yang namanya geotekstil, yaitu lembaran-lembaran serat supaya tanah lebih stabil.

Masih ada lagi, tekstil militer, seperti pakaian anti peluru. Kita tahu kalau tentara itu membawa ransel di punggung yang berat sekali, sehingga perlu pakaian anti peluru yang ringan tapi tetap kuat, itu dari rekayasa tekstil. Begitu juga pakaian tentara yang loreng-loreng, itu dirancang agar setelah dicuci langsung bisa dipakai rapi tanpa harus disetrika. Berikutnya tekstil otomotif, seperti badan mobil, kereta api, dan pesawat terbang, itu dari hasil rekayasa tekstil berupa komposit juga.

Kalau begitu, kertas termasuk tekstil, karena lembaran?

Iya benar, karena lembaran, lebih tepatnya diproses dari selulosa atau bubur kayu. Termasuk juga produk-produk yang terbuat dari kulit dan karet, itu termasuk tekstil dalam bentuk lembaran. Pada prinsipnya begini, tekstil secara luas artinya lembaran, meliputi kain, kertas, kulit, dan lain sebagainya.

Jadi, bisa diluruskan bahwa tekstil tidak sebatas sandang?

Iya benar, arti luasnya adalah lembaran, apakah itu dari anyaman benang, rajutan benang, meng-compress atau menekan serat, dan itu bisa digunakan untuk apa saja, tidak hanya pakaian.

Ada istilah smart textile dan technical textile, itu bagaimana, Pak?

Artinya tekstil unggul. Sebagai contoh, pakaian astronaut untuk ruang angkasa, tidak sembarang bahan dan proses, tetapi harus memenuhi syarat, seperti tahan terhadap tekanan udara, tahan api, tidak menyimpan listrik, tidak mudah sobek, tidak mudah jebol, tidak panas dalam arti pemakainya tidak merasa gerah, ringan, kuat, serta tidak perlu dicuci dan disetrika, wash and wear. Ada treatment khusus untuk produk-produk semacam ini, ada syarat spesifik juga yang harus dipenuhi.

Begitu juga APD, apalagi di masa pandemi Covid-19. Jadi tekstil unggul tergantung apa tujuannya, ada syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi. Kalau APD, tidak mudah ditembus oleh virus, tidak tembus air, ringan, kuat, tidak ribet untuk memakainya, serta bagaimana supaya tahan udara tapi tetap nyaman dipakai, karena virus kan bisa menyebar lewat udara, sementara kalau udara tidak bisa masuk nanti pemakainya merasa gerah. Begitu pula rompi anti peluru, perlu ringan, kuat, mudah dibawa ke mana-mana, kalau ditembak pistol kaliber tertentu, tidak tembus. Artinya dari penjelasan ini, tekstil unggul adalah tekstil untuk tujuan khusus.

Pakaian pemadam kebakaran juga?

Iya benar, bagaimana supaya tidak tembus air, tapi tetap tembus udara. Karoseri mobil juga, itu terbuat dari komposit yang sifatnya tipis, ringan, namun tetap kuat, sehingga kalau menyerempet atau menabrak, tidak langsung peot, atau kalau peot, bisa kembali seperti semula. Ada uji-uji yang dilakukan sebelumnya, setelah proses pembuatan produk, ada uji-uji seperti mekanik dan lain-lain di laboratorium.

Dari tadi sering disebutkan komposit, apa itu komposit?

Campuran antara pengisi bahan alam, seperti serat kapas, rami, henep, dan lain-lain; lalu dimatriks atau dicampur dengan polimer, sehingga bisa dibuat dalam bentuk lembaran. Komposit itu merupakan kombinasi antara polimer dengan serat-serat alam, kalau plastik berbahan polimer itu kan lama terurainya, dengan adanya bahan serat-serat alam menjadi mudah terurai oleh mikroba tanah. Ramah lingkungan.

Perlu alat-alat khusus untuk smart textile dan technical textile?

Tergantung tujuannya, perlu memenuhi sifat-sifat tertentu. Jadi, produknya apa, seratnya apa, jenis anyamannya apa, metode atau prosesnya bagaimana, lalu ujinya bagaimana. Juga tergantung prosesnya, apakah itu fisika dengan dipanaskan atau didinginkan, apakah itu kimia dengan zat-zat tertentu, kalau tenun dan rajut itu jelas perlu peralatan khusus untuk pembuatan kain.

Kalau sablon bagaimana?

Sablon juga termasuk rekayasa tekstil. Sablon itu memberi warna atau motif setempat, seperti batik, ada batik tulis dan batik cap.

Demikian semoga bermanfaat, sampai jumpa di Techno Talk berikutnya. (ASB)

Rekateks UII - Berita Terkini

Selama ini, banyak yang beranggapan bahwa tekstil berhubungan dengan sandang atau pakaian saja. Sebagian dari kita mungkin berpikir jika tekstil itu hanya serat, benang, dan kain, padahal tidak demikian. “Tekstil itu semua prinsip fisika, kimia, biologi, ekonomi, dan juga seni, ditransformasikan menjadi satu, tidak sebatas fashion, tapi juga bisa medis, otomotif, dan bangunan,” kata Febriyanti Nurul Hidayah, S.T., B.Sc., M.Sc., dalam program Techno Talk di Unisi Radio 104.5 FM. Dalam program yang mengudara Kamis malam (11/02/2021), Ibu Febri membahas berbagai hal seputar tekstil pada pesawat terbang dan kincir angin.

Seperti apa itu? Berikut ulasan selengkapnya.

Bagaimana bisa Bu, tekstil masuk ke pesawat terbang dan kincir angin?

Dalam rekayasa tekstil dikenal istilah “conventional textile” untuk tekstil yang terkait sandang atau pakaian. Kemudian untuk tekstil nonsandang dikenal dengan istilah “technical textile” dan “smart textile”. Kalau di technical textile sendiri ada 12 bidang, beberapa di antaranya berkaitan dengan agroteknologi, konstruksi bangunan, otomotif, medis, food packaging, protective clothing, dan sports. Jadi, tekstil sebenarnya bisa masuk ke bidang mana pun.

Kalau di pesawat terbang, bagian mana yang termasuk tekstil?

Orang awam mungkin berpikir kalau tekstil di pesawat terbang itu bagian tirainya, atau bantalan kursi. Padahal bukan itu saja, badan pesawat terbang seperti sayap dan moncong itu termasuk tekstil.

Lalu desainnya seperti apa? Bagian apa saja yang dirancang?

Ketika menjadi mahasiswa dulu, saya melakukan kerja praktek di PT. Dirgantara Indonesia. Seperti diketahui, perusahaan tersebut bergerak di bidang manufaktur pesawat terbang. Di sana ada divisi komposit, komposit adalah tekstil yang dibuat dari berbagai macam bahan, termasuk serat, menjadi sifat baru. Selama ini kalau berbicara serat, kita tahu ada kapas dan polyester. Dalam komposit, ada serat dengan performa tinggi, seperti karbon, aramid, dan serat gelas. Serat dengan performa tinggi ini diproses menjadi lempengan tertentu yang dipasang dan dipakai sebagai badan pesawat.

Lebih dari 50% komposisi penyusun pesawat terbang saat ini terbuat dari komposit, seperti bagian moncong, badan, dan sayap, ekornya juga. Jadi dari ujung ke ujung, ada tekstil di sana. Ada namanya serat karbon, aramid, dan serat gelas tadi. Mungkin bagi orang awam, nama-nama ini cukup asing, namun berperan penting dalam industri tekstil. Untuk gambaran prosesnya, benang yang berukuran besar, dilapis, dicetak, lalu dioven atau dipanggang, menjadi bentuk bagian pesawat terbang. Proses ini bisa dilihat di PT. Dirgantara Indonesia. Tidak hanya itu, bagian kabin di atas kursi penumpang juga terbuat dari serat tekstil, rel atau tepian jendela juga. Dan kalau mau dikulik lagi, bagian kursi dan karpet di pesawat terbang, itu juga aplikasi dari rekayasa tekstil.

Oh, jadi tidak sebatas interior saja ya. Hal-hal apa yang menjadi pertimbangan?

Jadi tadi komposit merupakan material yang disusun dari serat dengan kemampuan atau performa tinggi. Komposit ini sebagai pengganti logam, dulu pesawat terbang terbuat dari besi dan aluminium yang relatif lebih berat. Sekarang perusahaan-perusahaan sudah menggunakan teknologi komposit. Dengan komposit, pesawat terbang menjadi lebih ringan, sehingga secara ekonomi, daya tampung penumpang dan bagasi menjadi lebih besar. Selain itu, kekuatan mekanik komposit lebih tinggi dari logam dan komposit bisa direkayasa sedemikian rupa sesuai sifat-sifat yang diinginkan. Komposit lebih tahan benturan dan juga tahan listrik, melindungi pesawat terbang dari petir. Nilai plus lainnya, logam akan berkarat atau punya sifat korosi, sedangkan serat tekstil tidak akan berkarat yang menjadikan durabilitas pesawat terbang lebih awet. Yang terpenting juga aspek safety, dan ini sudah terbukti oleh perusahaan-perusahaan besar kelas dunia seperti Boeing dan Airbus.

Sekarang kita ke kincir angin, Bu. Bagaimana kalau dengan kincir angin?

Di kincir angin kurang lebih sama seperti pada pesawat terbang, tapi ada perbedaan. Saya dulu pernah magang di salah satu perusahaan kincir angin di Belanda. Jadi kalau di pesawat terbang tadi ada karbon, aramid, dan serat gelas, yang merupakan serat dengan performa tinggi. Nah kalau di kincir angin ada plastik dengan performa tinggi yang dinamakan UHMWPE atau “ultra high molecular weight polyethylene”. Kalau di produk plastik kan ada keterangan seperti HDPE, LDPE, PET, dan lain-lain, jadi UHMWPE ini singkatnya adalah PE atau polyethylene dengan kekuatan super tinggi sehingga meskipun ringan dia tetap memiliki kekuatan mekanik yang tinggi.

Kincir angin konvensional terbuat dari logam, seperti dari baja, besi, dan aluminium. Sementara kincir angin yang lebih modern saat ini terbuat dari material komposit, yang setelah melewati berbagai penelitian, dari segi kekuatan mekanik lebih tinggi dari logam dengan harga produksi lebih hemat, sehingga banyak perusahaan kincir angin yang beralih ke komposit. Di samping itu, kincir angin di negara-negara Barat banyak terletak di daerah pesisir, sehingga mudah terkena abrasi air laut dan terdampak korosi. Dengan komposit, kincir angin menjadi lebih awet.

Performa kincir angin dari komposit lalu bagaimana?

Tentu juga lebih baik. Dengan bobot lebih ringan, jadi lebih mudah diputar oleh angin, energi yang dihasilkan dan disalurkan pun lebih besar.

Demikian semoga bermanfaat, sampai jumpa di Techno Talk selanjutnya. (ASB)

Rekateks UII - Berita Terkini

Hai sobat, apa kabar? Semoga selalu dalam keadaan baik di mana pun berada.

Jika kamu belum tahu, setiap Kamis malam pukul 20.00 WIB, ada bincang-bincang santai seputar teknologi di Unisi Radio. Program ini merupakan kerja sama antara Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia (FTI UII) dan Unisi Radio, namanya “Techno Talk”. Selama sekitar satu jam sambil ditemani lagu-lagu asik, kita bisa menambah wawasan dengan hal-hal menarik. Program ini dapat disimak melalui frekuensi 104.5 FM untuk kamu yang tinggal di wilayah DIY, atau bisa juga diikuti melalui streaming.unisifm.com untuk kamu yang berdomisili di luar DIY.

Kalau kamu ketinggalan dan belum sempat mengikuti dari awal, jangan khawatir. Berikut ulasan dari Techno Talk pekan lalu (04/02/2021) selengkapnya.

Berbicara nanoteknologi, sebenarnya nanoteknologi itu apa sih Pak?

Nanoteknologi singkatnya adalah teknologi yang mempelajari rekayasa material dalam skala yang sangat kecil, yaitu skala nano. Satu nanometer itu sama dengan 10 pangkat 9 meter. Sebagai gambaran, misalnya ada sehelai rambut manusia, itu dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil.

Apa keunggulan dari nanoteknologi?

Kalau dalam ilmu material, struktur akan menentukan sifat suatu material atau sifat suatu produk yang dibuat. Dengan merekayasa material dalam skala yang sangat kecil, kita bisa melakukan berbagai inovasi dan meningkatkan efisiensi dengan menambahkan fungsi-fungsi baru pada material.

Contoh penerapannya di bidang rekayasa tekstil seperti apa?

Jadi secara garis besar, produk tekstil itu diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu tenun (woven), rajut (knitted), dan bukan tenun (nonwoven). Dari ketiganya ini, nonwoven memiliki penerapan yang lebih variatif karena serat, baik serat alam maupun serat buatan, tidak ditenun dan tidak dirajut, tetapi disusun dengan cara fisika dan cara kimia. Kalau tenun dan rajut, serat diproses menjadi benang, lalu benang diolah menjadi kain melalui tenun dan rajut dengan menggunakan mesin. Contoh produk nonwoven antara lain goodie bag, kertas filter, kantong teh celup, kain bahan masker, dan aerogel. Nanoteknologi bisa diaplikasikan untuk membuat aerogel.

Oh begitu, lalu apa itu aerogel?

Aerogel merupakan suatu material yang dibuat dari gel, lalu cairan dalam gel tersebut diganti udara dengan tetap mempertahankan strukturnya. Kalau di laboratorium, gel tersebut dibekukan lalu dimasukkan ke dalam pelarut tertentu seperti acetone untuk mengganti cairan yang membeku dengan udara, namanya proses freeze drying dan solvent exchange. Sebagai gambaran, aerogel itu seperti foam atau spons untuk cuci piring. Ciri khas aerogel punya pori-pori yang kecil dan banyak jumlahnya. Kalau bahasa sains, pori-pori itu disebut porositas, jadi aerogel memiliki porositas yang relatif besar.

Aerogel dibuat dari apa? Hubungannya dengan nanoteknologi dan tekstil?

Ada beberapa bahan yang bisa digunakan untuk membuat aerogel, salah satunya ada yang disebut nanoselulosa. Seperti namanya, nanoselulosa adalah selulosa yang berukuran nano. Selulosa ini bisa ditemukan pada kapas, alga, bakteri, dan lain-lain. Kalau dalam rekayasa tekstil, ada serat kapas yang digunakan untuk membuat pakaian sehari-hari, itu penyusunnya dari serat selulosa. Selulosa ini secara umum diperoleh dari batang pohon. Batang pohon sendiri kalau dalam pulp industry dicacah menjadi serbuk-serbuk kayu lalu diolah menjadi bubur kayu atau wood pulp. Dan dalam rekayasa tekstil, bubur kayu ini bisa diproses menjadi serat rayon yang juga untuk membuat pakaian sehari-hari.

Bubur kayu dari batang pohon tadi itu kan menghasilkan selulosa, nah ini masih bisa diproses lanjut menjadi nanoselulosa. Jadi bubur kayu ditambahkan zat kimia (ada zat kimia yang namanya cukup panjang, yaitu 2,2,6,6-tetramethylpiperidine-1-oxyl atau biasa disebut TEMPO), lalu diproses dengan alat yang memiliki tekanan tinggi, sehingga menghasilkan nanoselulosa dalam bentuk gel.

Oh begitu, nanoselulosa itu seperti apa ya Pak?

Sebagai perbandingan begini, kalau serat selulosa dari bubur kayu itu panjangnya sekitar 2-5 milimeter, sedangkan nanoselulosa panjangnya menjadi kurang lebih 500-1000 nanometer. Tadi kan bentuk nanoselulosa itu gel. Kalau dilihat kasat mata, tidak kelihatan apa-apa dari gel nanoselulosa tersebut, hanya gel biasa. Akan tetapi jika dilihat dengan peralatan atau mikroskop khusus, tampak garis-garis yang saling menumpuk dalam gel tersebut. Itulah yang disebut nanoselulosa, kenapa dia dalam bentuk gel, karena dengan ukuran yang sangat kecil, mereka memiliki muatan-muatan ion yang membantu menjaga stabilitas ukurannya. Nanoselulosa ini dapat diproses lanjut menjadi nonwoven aerogel.

Ada artikel yang menerangkan bahwa aerogel itu bisa dibuat untuk bahan produk elektronik. Apa itu benar? Kalau benar, berarti aplikasinya cukup luas ya?

Benar sekali, aerogel itu bisa dimanfaatkan untuk berbagai macam produk, seperti kalau di bidang elektronik, ada komponen dalam batu baterai yang seperti spons, itu aerogel. Kemudian bisa untuk panel surya, peredam suara, penyaring udara, penyerap minyak yang tumpah di laut, bahan perban, bahan pengisi jaket untuk musim dingin, dan kalau dalam rekayasa tekstil, kita kembali ke klasifikasi produk yang dibahas di awal tadi ada woven, knitted, dan nonwoven. Dengan berat yang ringan, porositas yang besar, serta daya serap air yang bagus, aerogel dapat digunakan sebagai bahan produk-produk higienis seperti popok dan pembalut.

Demikian semoga bermanfaat, sampai jumpa di Techno Talk selanjutnya. (ASB)

Dalam beberapa tahun terakhir, industri fashion khususnya busana muslim Tanah Air menunjukkan pertumbuhan positif. Hal ini ditandai dengan peningkatan kinerja ekspornya dan kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional.

Data Badan Pusat Statistika (BPS), nilai ekspor fashion Januari-Juni 2019 mencapai US$ 6,62 miliar. Pada Triwulan I 2019 sektor industri fashion tumbuh 23,21% dengan memberikan kontribusi 0,97% terhadap PDB nasional. Berdasarkan State of the Global Islamic Economic 2018-2019 konsumsi fashion muslim Indonesia mencapai US$ 20 miliar, sementara konsumsi fashion muslim dunia mencapai US$ 270 miliar. Hal ini menunjukkan peluang pasar yang besar yang dapat digarap oleh industri fashion muslim dalam negeri.

Peluang bisnis fashion muslim di Indonesia sangat besar, hal tersebut mendorong lahirnya para desainer muda untuk turut menjajal meluncurkan produk barunya di bisnis fashion muslim Indonesia. Desainer fashion muslim harus memiliki strategi yang tepat baik dalam aspek bisnis, desain, dan branding, sehingga dapat mengembangkan bisnisya serta mampu bersaing di pasar dalam negeri maupun luar negeri.

Populasi umat muslim Indonesia mencapai 88% dari jumlah penduduk dan diproyeksikan pada tahun 2030 jumlah penduduk muslim Indonesia mencapai 283,83 juta jiwa. Kondisi ini tentunya akan meningkatkan jumlah kebutuhan fashion muslim nasional.

Salah satu upaya menjadikan kiblat fashion muslim dunia, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Republik Indonesia menggelar Kompetisi Modest Fashion Project (MOFP) 2019. MOFP merupakan sebuah kompetisi desain fashion  yang tidak hanya berfokus pada konsep desain produk fashion muslim, namun juga konsep bisnis yang akan diterapkan. Berbeda dengan kompetisi desain pada umumnya, Modest Fashion Project merupakan kompetisi yang para finalisnya akan mendapatkan coaching dan pelatihan tentang bisnis dan industri fashion.

Upaya lainnya agar Indonesia dapat menuju target tersebut, Kemenperin juga menggandeng keberadaan industri manufaktur tekstil hingga produk tekstil (TPT) dari hilir hingga hulu. Selain itu juga melibatkan Perguruan Tinggi, untuk melahirkan desainer muda kreatif.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, Program Studi Rekayasa Tekstil (Relateks) Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, berinisiatif melaksanakan webinar dengan tema “Sukses Membangun Bisnis Fashion Muslim Berdaya Saing Ditingkat Global: Inspirasi Milenial”. Webinar ini dilaksanakan paada 19 Agustus 2020 dengan 2 narasumber yaitu Jenahara Nasution yang merupakan Fashion Desainer Muda, Creative Director Label Jenahara, dan Pendiri Hijabers Community Indonesia; dan Rani Widiastuti (Owner Nadira Hijab) yang merupakan Alumni Rekayasa Tekstil 2007.

Webinar ini dihadiri oleh lebih dari 170 peserta dengan media zoom dengan latar belakang yang berbeda seperti Lulusan SMA/SMK sederajat, Guru, Dosen, Praktisi dan Umum. Jenahara menyampaikan kisah inspiratifnya mengenai awal mula ia mendirikan label Jenahara. “Jaman dulu saya mendirikan Jenahara, trendnya belum seperti sekarang yang wanita berhijab sudah menjadi hal yang umum bahkan fashionable,” ungkapnya “Jadi itu pula yang memotivasi saya untuk mendirikan Hijabers Community Indonesia” lanjutnya.

Jenahara Nasution saat memberikan materi mengenai rintisan usahanya

Rani juga mengungkapkan awal mula ia membangun usahanya yang bernama Nadira Hijab. “Awalnya saya hanya reseller BRShoes, bisa mencapai target sekian ribu dalam satu batch, dari modal itu lah saya mendirikan label sendiri yang target pasarnya adalah emak-emak,” kata Rani. Sesi tanya jawabpun berlanjut dengan mengulik manis-pahitnya usaha yang dirintis dari kedua narasumber.

“Yang penting itu kita niat mau memberikan manfaat. Bekal selama saya kuliah di Rekayasa Tekstil itu berguna sekali selama saya berbisnis di dunia fashion. Saya sudah tahu material atau bahan yang bagus, dan tidak mudah ditipu orang tentang harga dan bahan di pasaran, karena sudah dapat ilmunya saat kuliah di Rekayasa Tekstil dulu,” ungkap Rani.

Rani Widiastuti saat menjawab pertanyaan dari audiens

“Saya memulai usaha awalnya dari pinjaman teman, yang akhirnya teman saya menjadi partner kerja saya, dan pinjaman itu sesuai dengan kemampuan kita, jadi kita tidak akan terbebani nantinya,” terang Jenahara. (Red. JI/FNH)

Mari isi semangat kemerdekaanmu dengan diskusi santai bersama para penggiat fashion kelas internasional! Gratis
•┈┈-•┈┈-•┈-┈•┈┈•┈┈•┈┈•

Webinar Rekateks #5
✒️Topik : “Sukses Membangun Bisnis Fashion Muslim Kelas Dunia : Inspirasi Milenial”
🗓️Rabu, 19 Agustus 2020 (10.00 sd 11.30)
🗣️Pembicara :

  1. Jenahara Nasution (Fashion Desainer Muda, Creative Director Jenahara, Pendiri Hijabers Community Indonesia)
  2. Rani Widiastuti (Owner Nadira Hijab, Alumni Rekayasa Tekstil 2007)
    👥Peserta : Umum
    📱Media : Zoom
    📜Fasilitas : e-sertifikat
    📝Pendaftaran : bit.ly/WbRekateksUII

Yuk daftar segera! User id dan password zoom hanya untuk 200 peserta pertama dan akan dikirim via Whatsapp Group diakhir form pendaftaran ☝

☎️CP: 081392469391 (OmJer)

Dipersembahkan oleh Rekayasa Tekstil UII (textiles.uii.ac.id)

Di tengah Pandemi Covid-19, banyak hal yang tertunda dan sulit dilakukan, termasuk studi lanjut S1 baik karena ekonomi maupun karena mobilitas terbatas. Tapi apakah pandemi ini menjadi permasalahan untuk meraih beasiswa? Di webinar Rekateks yang ke empat inilah dikupas mengenai bagaimana strategi meraih beasiswa S1 di tengah Pandemi Covid-19 terutama bagi pelajar SMA/SMK/MA sederajat yang baru saja merayakan kelulusannya secara daring. Sabtu, 20 Juni 2020, Program Studi Rekayasa Tekstil menyelenggarakan webinar ini dengan narasumber Ahmad Satria Budiman, S.T., M.Sc. (Alumni Beasiswa Unggulan dan Beasiswa LPDP/Alumni Rekateks 2009, Double Degree RMUTT Thailand, dan S2 KTH Swedia 2019), Febrianti Nurul Hidayah, S.T., B.Sc., M.Sc. (Alumni Beasiswa Santri Unggulan, LPDP, Saxion LivingTechnology Scholarship/ Alumni Rekateks 2012, Double Degree Saxion Belanda dan S2 University of Manchester) serta Faisal RM, Ir., M.T., Ph.D (Ketua Prodi Rekayasa Tekstil) dengan moderator Agus Taufiq, Ir., M.Sc. (Dosen Prodi Rekateks).

Febrianti saat memaparkan strategi meraih beasiswa pada Webinar Rekateks #4

Dengan topik beasiswa ini, menarik banyak pelajar untuk ikut serta menyimak materi baik melalui media ZOOM dan Live Facebook Streaming. Ahmad Satria Budiman, S.T, M.Sc. sebagai narasumber pertama menceritakan bagaimana ia banyak mengalami kegagalan sebelum menerima beberapa beasiswa. Ia juga memaparkan tentang bagaimana memilih jurusan sesuai minat dan bakat dan bagaimana mengembangkan diri dengan beasiswa. “Kuliah S1 merupakan kesempatan berharga yang belum tentu dimiliki setiap orang, sehingga perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan beragam aktivitas untuk mengembangkan diri, jangan hanya diisi dengan kuliah-pulang saja,” terang Ahmad.

Sedangkan narasumber kedua, Febrianti Nurul Hidayah, S.T., B.Sc., M.Sc. berbagi banyaknya beasiswa yang tersedia saat pandemi ini. “Masih banyak beasiswa yang tersedia saat pandemi covid19, baik internal dari kampus sendiri, maupun dari eksternal seperti dari pemerintahan daerah, kementrian, perusahaan dan industri serta beberapa bank negeri dan swasta, “ jelas Febrianti. Ia pun memberi tips bagaimana meraih beasiswa, “ yang utama adalah niat dan tekad yang kuat, penuhi syarat dengan maksimal sesuai timeline, konsultasi ke alumni, dan jangan lupa minta restu orang tua,” pungkasnya.

Faisal RM., Ir., M.T., Ph.D memaparkan beberapa beasiswa yang tersedia secara internal, terkhusus di Universitas Islam Indonesia. “Total nilai beasiswa yang disalurkan setiap tahunnya mencapai lebih dari 10 miliar rupiah dan didistribusikan kepada lebih dari 1.500 mahasiswa,” kata Faisal. Ia pun menjelaskan beberapa kriteria masing-masing beasiswa, terutama beasiswa prodi Rekayasa Tekstil. ”Prodi Rekayasa Tekstil terbuka untuk pelajar dari bidang IPA maupun IPS, beasiswanya pun terbuka untuk keduanya, dibebaskan SPP sampai 8 semester,” jelasnya.

Pada webinar inipun diungkapkan oleh Suharno Rusdi,Ph.D., selaku Ketua IKATSI (Ikatan Ahli Tekstil Seluruh Indonesia) bahwasanya IKATSI siap menjamin lulusan prodi Rekayasa Tekstil untuk prospek kerja setelah lulus. “IKATSI berkomitmen untuk menjamin lulusan prodi rekateks siap kerja, bahkan sebelum lulus, banyak perusahaan dan industri sudan inden (mengantri) untuk meminta lulusan tekstil,” papar Suharno.

Sesi tanya jawab pun ramai diisi oleh pelajar yang tertarik dengan materi narasumber. Salah satunya menanyakan kenapa memilih rekateks dan keunggulannya.”Rekateks itu asyik, kita belajar seni, teknologi, juga ekonomi. Jadi yang dari jurusan IPA, IPS, bahkan Kejuruan bisa belajar bersama. Selama manusia masih pakai baju dan membutuhkan sandang, maka tekstil akan terus ada. Jogja adalah kota pelajar dan kota wisata, itulah keuntungan mahasiswa UII, weekdays belajar weekendnya bisa berwisata melepas penat. “ jawab Febrianti. (\FNH)

[FREE Webinar] Halo teman-teman pejuang beasiswa, terkhusus alumni SMA/SMK/MA angkatan 2020! Yuk ikuti Webinar Rekateks #4:

•┈┈-•┈┈-•┈-┈•┈┈•┈┈•┈┈•

✒️ Topik : “Strategi Raih Beasiswa S1 di Masa Pandemi Covid19”

🗓️Sabtu, 20 Juni 2020 (10.00 sd 11.30)

🗣️ Pembicara :

  1. Febrianti Nurul Hidayah, S.T., B.Sc., M.Sc. – Alumni Beasiswa Unggulan, Alumni The University of Manchester Inggris
  2. Ahmad Satria Budiman, S.T., M.Sc. -Alumni LPDP, Alumni Royal Insitute of Technology (KTH) Swedia
  3. Faisal RM, Ir., Drs., MSIE, Ph.D, Ketua Prodi Rekayasa Tekstil UII

👥Peserta : Siswa SMA/SMK/MA/Calon Mahasiswa

📱Media : Zoom

📜Fasilitas : e-sertifikat & Materi

📝Pendaftaran Kehadiran dan e-Sertifikat : bit.ly/WbRekateksUII

User ID dan password Zoom ada di WhatsApp Group silahkan gabung, link ada di akhir setelah submit pendaftaran online 👆🏻

Yuk daftar segera!

☎️CP: 0813.9246.9391 (OmJer)

Event ini dipersembahkan oleh Program Studi Rekayasa Tekstil FTI UII (textiles.uii.ac.id)
@rekateks.uii

*Bonus Voucher OVO/GOPAY bagi yang terpilih saat acara

Webinar Program Studi Rekayasa Tekstil yang ke empat telah sukses diselenggarakan pada hari Sabtu 06 Juni 2020 pukul 10.00-12.00 WIB melalui dua media berbeda, ZOOM dan Facebook live streaming. Dengan pendaftar lebih dari 1000 orang dari 32 provinsi yang berbeda dan latar belakang yang bervariasi. Topik yang diangkat pada webinar kali ini adalah Pengembangan Talent Digital Bidang Fashion Technology disampaikan oleh 3 narasumber yaitu Fitriansyah (Author CAD Pattern Making), Noor Fitrihana, S.T., S.Pd., M.Eng (Dosen UNY/Alumni Tekstil UII) dan Ir. Dalyono MSI, Ctext ATI (Dosen Rekayasa Tekstil UII) serta dimoderatori oleh Febrianti Nurul Hidayah, S.T., B.Sc., M.Sc.

Sebaran asal pendaftar webinar #3 (credit : Jerri Irgo)

Sesi pertama dibuka oleh Noor Fitrihana, S.T., S.Pd., M.Eng. Beliau memaparkan tentang bagaimana tren inovasi fashion telah berkembang dari zaman ke zaman, mulai dari desain, pola, produksi busana, marketing hingga bisnis online. Beliau juga menjelaskan pentingnya pendidikan yang mendukung dalam bisnis digital fashion ini. “Model pengembangan digital talent perlu didukung oleh setidaknya delapan aspek, yaitu: kompetensi lulusan, isi pendidikan, proses pembelajaran, penilaian pendidikan, PTK, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan” terangnya.

Noor Fitrihana, S.T., S.Pd, M.Eng menjawab pertanyaan pada Facebook Live Streaming (Credit: Muhammad Arsyad)

Ir. Dalyono, MSI, CText ATI membahas tentang teknologi fashion dari segi kenyamanan. Beliau menuturkan bahwa fashion bukan hanya dinilai dari penampilan atau keindahan saja, tapi yang terpenting adalah kenyamanan atau comfort dari pengguna. “Ada tiga aspek kenyamanan pakaian, yaitu kenyamanan termal, sensoris dan gerak tubuh,” ujarnya. “Tergantung pada aktivitas dan lingkungannya, pakaian yang longgar terkadang dapat menawarkan tingkat kenyamanan yang tinggi,” lanjutnya.

Ir. Dalyono,MSI,CText ATI saat memberikan materinya via Zoom (Credit: Wening)

Materi yang terakhir disampaikan oleh Fitriansyah. Berbagai aplikasi atau software mengenai fashion, baik dua dimensi atau tiga dimensi beliau kupas dan tampilkan beberapa cuplikan simulasinya. “Kedepan, sistem digital akan menjadi standar bagi industri fesyen, dimana efisiensi dan produktifitas akan menjadi acuan disamping tentu saja kualitas. Berawal dengan teknik manual yang awalnya tidak bisa digantikan, pelan tapi pasti sudah berganti dengan teknologi 2D, 99% industri besar sudah pakai CAD 2D. Jika kita ingin menang dalam kompetisi global, mesti ada loncatan besar, dan teknologi itu telah hadir yaitu teknologi 3D dan 4D,” pungkas Fitriansyah.

Fitriansyah saat menayangkan simulasi berbagai macam aplikasi 3D (Credit: Chessa)

Sesi diakhiri dengan tanya-jawab dari peserta. Antusias peserta digambarkan dari banyak pertanyaan yang masuk. Diskusi semakin menarik dengan dijawabnya pertanyaan-pertanyaan tersebut oleh narasumber dengan lengkap. Salah satu penanya, Chessa At Thariq dari Jakarta, mendapatkan bingkisan sebuah buku karangan Fitriansyah atas partisipasinya dalam sesi tanya jawab ini. (/FNH)

Webinar 3 Rekateks UII

Diskusi bersama para Profesional dan Akademisi yuukkk – berkaitan dengan Pengembangan Digital Talent Bidang Fashion Technology… Gratis
•┈┈-•┈┈-•┈-┈•┈┈•┈┈•┈┈•

Webinar Rekateks #3
✒️Topik: “Pengembangan Digital Talent Bidang Fashion Technology”
🗓️Sabtu, 6 Juni 2020 (10.00 sd 11.30)
🗣️Pembicara:

  1. Fitriansyah – Author: CAD Pattern Making
  2. Ir Dalyono, MSI.,C., Text AT – Dosen Rekayasa Tekstil UII
  3. Noor Fitrihana, ST, S.Pd, M,Eng – Dosen UNY / Alumni Tekstil UII

👥Peserta: Umum
📱Media: Zoom
📜Fasilitas: e-sertifikat
📝Pendaftaran Kehadiran dan e-Sertifikat: bit.ly/WbRekateksUII

User ID dan password Zoom ada di WhatsApp Group silahkan gabung, link ada di akhir setelah submit pendaftaran online 👆🏻

Yuk daftar segera!

☎️CP: 0813.9246.9391 (OmJer)

Even ini dipersembahkan oleh Program Studi Rekayasa Tekstil FTI UII (textiles.uii.ac.id)

Webinar Rekateks 2

Program studi rekayasa tekstil Universitas Islam Indonesia telah mengadakan webinar atau seminar online yang kedua pada hari Kamis tanggal 28 Mei 2020. Antusias pendaftar melebihi kuota webinar sebelumnya, yang mana webinar 1 sebanyak 380 orang sedangkan webinar 2 tembus hingga 475 pendaftar dari 32 provinsi di Indonesia dan beberapa negara luar seperti Malaysia, Jepang dan Belanda. Webinar kedua bertemakan mewujudkan sumber daya manusia industri tekstil yang unggul, dengan pembicara baik secara profesional maupun akademisi yaitu Dra. Isti Triasih (kepala bidang pendidikan menengah Dikpora Daerah Istimewa Yogyakarta), Suharno Rusdi, Ph.D yang merupakan ketua ikatan ahli tekstil seluruh Indonesia atau ikatsi sekaligus ketua jurusan Teknik Kimia Universitas Islam Indonesia juga Farhat Brahma, ST yang merupakan staf ahli wakil presiden Republik Indonesia sekaligus profesional tekstil dan alumni tekstil Universitas Islam Indonesia. Webinar ini dimoderatori oleh Dosen Program Studi Rekayasa Tekstil, Febrianti Nurul Hidayah, S.T, B.Sc., M.Sc. 

credit : Jerri Irgo

Materi yang pertama disampaikan oleh Dra. Isti Triasih mengenai bagaimana Dikpora DIY memperhatikan betul SMA/SMK pengembang tekstil sehingga sumber daya manusia yang produktif tidak akan menganggur setelah lulus. Beliau juga menjelaskan tentang bagaimana tips pendidik dalam proses belajar mengajar saat pandemi covid-19 ini. “Proses belajar mengajar harus diperhatikan betul agar efektif penyampaiannya kepada pelajar sekaligus dibuat fun atau menyenangkan sehingga pelajar tidak bosan dan mengerti apa yang yang disampaikan,” terang Isti.

Dra. Isti Triasih saat menjelaskan materi mengenai sdm tekstil (credit: Faisal Dharma)

Materi kedua disampaikan oleh Suharno Rusdi, Ph.D yang membahas tentang bagaimana peran pemerintah, industri dan institusi pendidikan dalam memajukan sumber daya manusia khususnya industri tekstil dan produk tekstil. Beliau juga memaparkan tentang new normal dan bagaimana IKATSI memprediksi serapan tenaga kerja industri tekstil saat new normal. “Perlu disusun UU Ketahanan Sandang untuk melindungi karya tekstil anak bangsa, karena sebagaimana kita ketahui bersama, pemerintah secara terang-terangan mengimpor APD dari luar negeri, sedangkan APD buatan anak bangsa banyak yg menumpuk di gudang tidak terbeli,” tegasnya. 

Suharno Rusdi,PhD menjelaskan tentang new normal bagi industri tekstil (credit : Putri Renova)

Materi yang ke-3 disampaikan oleh Farhat Brachma ST,  mengenai strategi peningkatan kualitas sumber daya manusia industri tekstil. Beliau memaparkan bahwa pemerintah mencanangkan Indonesia 2045 Indonesia diarahkan menjadi salah satu pusat pengembangan Iptek di kawasan Asia dan dunia terutama dalam Ilmu Pengetahuan Kemaritiman, Studi Biodiversitas, Teknologi Material, serta Studi Kebencanaan dan Mitigasi Bencana. “Strategi peningkatan produktivitas yang pertama yaitu peningkatan relevansi dan daya saing pendidikan tinggi seperti Kerjasama Perguruan Tinggi dengan Industri dan Pemerintah berupa Peningkatan kualitas perguruan tinggi berbasis industri dan Kerjasama perguruan tinggi seperti program studi rekayasa tekstil Universitas Islam Indonesia, dengan Industri, untuk riset inovatif,” jelas Farhat.

Farhat Brachma ST saat memaparkan materinya (credit : Jerni Irnawati)


Ketiga materi tersebut membuat antusias peserta untuk bertanya sangat tinggi sehingga termin pertanyaan mencapai 3 dengan masing-masing termin disediakan 3 pertanyaan pilihan yang diantaranya ditanyakan oleh peserta dari Makassar, Banjarmasin, dan Pekanbaru. (/FNH)