Jika kita punya celana jeans, sudah menjadi tanggung jawab kita menggunakannya sebijaksana mungkin. “Contohnya tidak sering dicuci dan tidak dibuang begitu saja,” kata Ahmad Satria Budiman, S.T., M.Sc. yang merupakan Dosen Prodi S1 Rekayasa Tekstil UII dalam acara Techno Talk di Unisi Radio 104.5 FM. Dalam program yang mengudara Kamis siang (02/06/2022), Pak Budi selaku narasumber membahas berbagai hal terkait sejarah celana jeans, proses, dan tips pemakaiannya.

Seperti apa itu? Berikut ulasan selengkapnya.

 

Boleh diceritakan Pak, sejarahnya celana jeans?

Celana jeans dibuat dari kain denim, kain denim ditemukan di Perancis pada abad ke-18. Ada penjahit yang bernama Levi Strauss, sekarang ada namanya celana levis itu penemunya Levi Strauss. Kain denim intinya dibuat dari kapas dengan nomor benang rendah, dalam arti berat kapasnya lebih tinggi dibandingkan kain-kain untuk kemeja dan kaos, maka terasa lebih berat. Celana jeans dulu dibuat untuk pekerja tambang guna melindungi mereka dari hal-hal di sekitar aktivitas pertambangan. Makin ke sini, jeans malah berubah menjadi salah satu ikon di dunia mode.

Celana jeans bisa melar, itu gimana Pak?

Kalau yang bisa membuat melar, itu karena ada campuran serat sintetis. Berbicara tentang serat tekstil, ada serat alam dan serat sintetis. Kapas itu serat alam, serat sintetis contohnya polyester dan nylon. Nah di celana jeans ada serat spandex yang nama ilmiahnya polyurethane. Serat sintetis dibuat dari turunan minyak bumi. Di sini, spandex dicampur kapas yang membuat jeans lebih elastis sehingga bisa melar.

Celana jeans identik dengan warna biru, kenapa Pak?

Ada zat warna alam dan zat warna sintetis. Kalau zat warna alam, ada daun indigofera yang ketika diekstraksi warna yang diperoleh adalah biru indigo atau biru jeans. Namun zat warna alam prosesnya lama, kemudian tingkat kecerahan warnanya tidak seragam, maksudnya antara yang cukup matang dan masih mentah tingkat kecerahan warnanya beda. Maka digunakan pewarna sintetis, seperti naftol yang mirip indigo, prosesnya cepat, kecerahan warnanya lebih mudah diatur, tapi di sisi lain berasal dari turunan minyak bumi yang tidak terbarukan.

Celana jeans termasuk gampang luntur, apakah seperti itu Pak?

Mungkin maksudnya tampilan yang seperti luntur. Kalau itu, bukan karena sering dicuci, tapi memang ada namanya penyempurnaan khusus (finishing) yang sengaja dibuat agar produk tekstil terlihat lebih estetik. Salah satunya di celana jeans ada finishing yang membuat tampilan lebih pudar, itu menggunakan teknik penyemprotan yang cenderung zat asam. Masalah yang muncul ketika sudah menjadi limbah dan tidak diolah dengan baik, justru bisa mencemari lingkungan.

Kita masuk ke proses pembuatan celana jeans, seperti apa Pak?

Prosesnya sendiri dimulai dari serat kapas. Semua produk tekstil sandang (pakaian) kebanyakan dibuat atau berasal dari serat kapas. Serat kapas diambil, dipanen, lalu dipintal jadi benang yang dalam celana jeans saat pemintalan juga dicampur spandex, kemudian benang kapas dan campuran spandex tersebut ditenun jadi kain denim, setelah itu masuk ke proses garmen dimana kain denim dibuat pola, dipotong, dan dirangkai atau dijahit jadi celana jeans. Ditambahkan juga pernak-pernik lain, seperti resleting, kancing di bagian saku, dan ada namanya paku keling yang berupa bulatan besar di bagian kancing yang merupakan ciri khas celana jeans.

Biasanya butuh waktu berapa lama?

Skala industri tentu tidak terlalu lama karena teknologi dengan berbagai sistem otomatisasinya membuat produksi berjalan cepat dan efisien. Namun fokus perhatian di sini, satu celana jeans menghasilkan atau membutuhkan sekitar 33 kg emisi karbon yang setara dengan kita mengemudi kendaraan sejauh kurang lebih 100 sampai 110 km. Emisi karbon di sini maksudnya dimulai dari menumbuhkan kapas ada kebutuhan air dan pupuk, lalu pemintalan dan pertenunan ada bahan bakar atau energi yang digunakan, ada air panas untuk mewarnai dan mencuci.

Kalau tips pemakaian celana jeans seperti apa, Pak?

Tidak perlu terlalu sering dicuci. Biasanya kita kalau pakaian, sekali pakai langsung cuci, supaya bersih memang tujuannya. Namun di celana jeans tidak perlu seperti itu. Karena pertimbangan yang pertama, konsumsi air cukup berlebih karena kain denim itu lebih berat kapasnya dari segi nomor benang seperti di awal tadi, sehingga saat dicuci lebih menyerap air dan butuh air lebih banyak. Pertimbangan selanjutnya yang tidak kalah penting, tadi juga di celana jeans itu ada spandex yang merupakan serat sintetis atau serat plastik. Kalau sering dicuci, plastik tersebut akan terurai atau bisa terdegradasi jadi mikroplastik yang ukurannya sangat kecil dan lepas ke lingkungan. Secara tidak langsung,  kita turut mencemari lingkungan. Maka dari itu, celana jeans bisa sepuluh kali pakai baru dicuci. Bahkan misalnya cuaca tidak hujan atau panas yang terik, celana jeans cukup dijemur saja untuk lebih menghemat air dan menjaga lingkungan dengan mengurangi mikroplastik.

Menimbulkan bau nggak nanti, Pak?

Kita bisa menggantung di luar ruangan, atau diangin-anginkan. Sambil dijemur di panas, itu bisa mengurangi bau yang tidak enak kalau misalnya jeans berbau.

Kalau sudah tidak terpakai, baiknya diapakan, Pak?

Kebanyakan berakhir di tempat sampah. Kalau sudah benar-benar tidak layak lagi jadi celana, kita bisa mendaur ulang dengan mengguntingnya menjadi lap, keset, atau produk-produk rumah tangga sehari-hari. Kalau di sekitar kita ada industri kain perca, kita bisa bawa ke sana supaya bisa diolah pelaku UMKM menjadi produk yang lebih bermanfaat, seperti jadi tas, kotak pensil, atau produk-produk kreatif lainnya.

Selanjutnya tentang Prodi Rekayasa Tekstil, alasan dibukanya apa ya, Pak?

Salah satu pertimbangannya, banyak industri tekstil yang butuh lulusan sarjana, sekarang banyak diploma dan lulusan SMK. Meski baru beberapa tahun berdiri, sudah ada industri menghubungi kami menanyakan apakah ada alumni yang bisa ditarik untuk bekerja di sana, sedangkan kita baru berdiri dan belum meluluskan mahasiswa. Selain itu, Indonesia punya sumber daya alam yang melimpah terkait serat alam, kami melihatnya sebagai peluang bagi Indonesia untuk menjadi negara yang inovatif di bidang pengolahan dan pengembangan serat alam.

Kalau beasiswa di Prodi Rekayasa Tekstil, ada nggak sih Pak?

Kita terbuka jalur mandiri (pembiayaan sendiri) dan beasiswa. Untuk beasiswa, kita menyediakan atau memberikan biaya studi selama 4 tahun dengan 4 skema beasiswa yang bisa didaftar, yaitu Beasiswa Atlet dan Juara Seni, Beasiswa Santri Unggulan UII, Beasiswa Duafa, dan Beasiswa Hafiz Al-Qur’an. Untuk penerimaan mahasiswa baru kita buka sampai September, tetapi untuk beasiswa semakin cepat semakin bagus karena jika kuota sudah terpenuhi maka beasiswa akan ditutup.

Ada bocoran nggak Pak, berapa kuota beasiswanya?

Ada 12 kuota penerimaan mahasiswa baru, dan sudah mulai terisi dari sekarang. Segera daftar, bisa menghubungi kami melalui akun Instagram @rekateks.uii atau bisa juga melalui WhatsApp resmi di nomor 0813-2074-6497.

 

Demikian semoga bermanfaat, sampai jumpa di Techno Talk berikutnya. (ASB)

Produk tekstil bukan hanya berupa kain konvensional yang terdiri dari tenun dan rajut, melainkan ada yang disebut nonwoven. “Tekstil itu luas, tidak hanya tentang fesyen atau menjahit saja,” kata Dr. Eng. Rina Afiani Rebia, S.Hut., M.Eng. yang merupakan Dosen Prodi S1 Rekayasa Tekstil UII dalam acara Techno Talk di Unisi Radio 104.5 FM. Dalam program yang mengudara Kamis siang (26/05/2022), Ibu Rina membahas berbagai hal terkait teknologi nonwoven di bidang rekayasa tekstil.

Seperti apa itu? Berikut ulasan selengkapnya.

 

Apa yang dimaksud dengan nonwoven, Bu?

Produk tekstil itu ada tiga, tenun, rajut, dan bukan tenun atau nirtenun. Nonwoven itu kain bukan tenun atau kain yang tidak ditenun, begitu penjelasan sederhananya. Lebih jelasnya merupakan bahan seperti kain atau lembar kain yang terbuat dari serat pendek (staple fiber) atau serat panjang (continuous fiber) yang dijadikan satu dengan perlakuan kimia, mekanik, panas, atau menggunakan pelarut.

Bahan untuk membuat nonwoven itu apa, Bu?

Seperti yang saya sampaikan tadi, nonwoven itu terbuat dari bahan serat. Kalau mahasiswa di Prodi S1 Rekayasa Tekstil UII, mereka dapat mata kuliah Pengetahuan Serat Tekstil. Serat tekstil bisa berasal dari serat alam (natural fiber) seperti kapas, rami, jute, flax, dan lain-lain; dan serat sintetis atau serat yang dibuat oleh manusia (manmade fiber). Bagi pendengar di rumah yang mungkin agak awam, kalau tahu polimer dari plastik untuk botol air mineral, nah itu dari serat sintetis yang namanya polyethylene terephthalate atau polyester. Contoh serat sintetis yang lain ada polypropylene, polyuretahane, nylon atau polyamide, dan lain-lain. Jadi nanti serat-serat tersebut digabung sebagai bahan baku pembuatan nonwoven.

Pembuatan nonwoven berapa lama, Bu?

Proses pembuatannya ada banyak dan lebih cepat dibandingkan kain yang ditenun atau dirajut. Prosesnya bersifat massal atau mass production, bisa dengan perlakuan kimia, mekanik, panas, atau menggunakan pelarut itu tadi.

Kalau cara membuat nonwoven bagaimana, Bu?

Teknologi nonwoven ada beberapa proses untuk mendapatkan produk nonwoven atau ada juga yang menyebutnya “web nonwoven” atau “lembaran nonwoven”. Ada empat cara, yaitu 1) wet laid, 2) dry laid, 3) air laid, dan 4) spun laid.

Kita mulai dari wet laid, prosesnya hampir sama seperti kertas. Serat-serat pendek diaduk sampai rata atau homogen, lalu diendapkan pada lapisan yang berjalan sambil airnya ditiriskan ke bawah, kemudian dikeringkan untuk diproses tahap selanjutnya. Sedangkan pada dry laid, pada awalnya serat itu lengket satu sama lain, disisir supaya terurai dan tidak saling menempel, lalu diletakkan di cetakan web menjadi lembaran. Berikutnya untuk air laid, ini hampir sama namun serat tidak dipisahkan pakai sisir, tetapi pakai udara, lalu dilarutkan di cetakan web.

Dan yang terakhir spun laid, cara ini terbagi dua, yaitu spunbond dan meltblown dimana lembaran nonwoven dibuat dari polimer dan jarang digunakan untuk serat alam. Bahan baku bijih plastik dilelehkan, lalu dilewatkan rongga atau bolongan kecil yang disebut spinneret, analoginya seperti membuat mi, lalu diproses lanjut.

Untuk spunbond dan meltblown, orang memilihnya berdasarkan apa, Bu?

Berdasarkan kekuatannya, spunbond kekuatannya lebih besar dan lebih fleksibel, biasanya untuk diapers (popok bayi) dan tisu basah. Kalau meltblown lebih sederhana prosesnya, produktivitasnya lebih tinggi, kekuatannya tidak sebesar spunbond, dan untuk produknya lebih halus, biasanya untuk filter air.

Contoh barang nonwoven yang sering ditemui, tapi kita belum menyadari?

Di kehidupan sehari-hari, misalnya perlengkapan rumah tangga seperti tas belanja supermarket; perlengkapan pribadi seperti tisu basah, sheet mask (masker wajah), popok bayi, dan pembalut; kesehatan seperti baju bedah, masker, dan perban luka; pertanian seperti sejenis pembungkus untuk melindungi buah dari gangguan hewan-hewan kecil semacam serangga karena kalau pembungkusnya plastik terasa panas sedangkan pembungkus nonwoven masih ada celah udara; kemudian dalam industri makanan dan obat-obatan seperti kantong teh celup, filter air, filter kopi, dll.

Manfaat atau keunggulan nonwoven, apa saja, Bu?

Saat ini permintaan produk nonwoven semakin tinggi karena ada banyak manfaat atau keunggulan dibandingkan kain konvensional (tenun/rajut). Nonwoven bertujuan untuk hal-hal terkait tekstil yang tidak bisa dilakukan kain konvensional. Pertama, produksi nonwoven bisa massal dan cepat sehingga menghemat biaya produksi. Kedua, jangkauan produknya lebih luas daripada kain konvensional dan bervariasi. Ketiga, nonwoven punya fungsi tertentu dan karakteristik yang spesifik, salah satunya bisa punya daya serap tinggi seperti pada popok dan pembalut, kemampuan filtrasi untuk filter kain dan udara, ketahanan air atau api, sampai anti mikroorganisme misalnya untuk masker yang sehari-hari kita gunakan sejak pandemi Covid-19. Produk nonwoven bisa direkayasa sesuai apa yang ingin dituju.

Kalau tentang Prodi Rekayasa Tekstil, sebenarnya belajar apa ya, Bu?

Tidak hanya tentang fesyen atau menjahit saja, mencakup tekstil secara luas pada bidang-bidang tertentu, seperti tekstil fungsional, tekstil medis, geotekstil, dan lain-lain. Sedikit cerita, dulu setelah saya lulus S1, saya menempuh S2 dan S3 di Jepang selama 5 tahun. Awalnya banyak orang di sekitar saya yang beranggapan belajar di tekstil itu hanya mengenai kain konvensional (tenun/rajut), pada kenyataannya tekstil itu lebih luas. Memang ada belajar kain konvensional, tetapi juga belajar hal-hal lain seperti teknologi implant, wound dressing, benang jahit operasi, protective clothing, sampai dengan komposit pesawat terbang dan mobil. Wah beda sekali dari anggapan orang-orang di sekitar saya, saya bahkan bisa cerita kalau sampai luar angkasa seperti material parasut, jadi tidak sebatas untuk bumi saja belajarnya.

Semoga ini bisa lebih membuka wawasan kita semua.

 

Demikian semoga bermanfaat, sampai jumpa di Techno Talk berikutnya. (ASB)

Sebagai bagian dari upaya untuk mengedukasi masyarakat tentang sumber daya alam tekstil, Program Studi (Prodi) Rekayasa Tekstil UII menyelenggarakan Webinar Pengabdian Masyarakat dengan tema “Potensi Sumber Daya Alam pada Penggunaan di Bidang Tekstil”. Webinar ini diselenggarakan sebanyak dua seri. Adapun seri 2 atau yang kedua dilaksanakan pada hari Sabtu (22/01/2022) melalui Zoom Meeting dan YouTube Live Streaming. Peserta yang hadir kurang lebih 50 orang, terdiri dari civitas akademika UII dan juga masyarakat umum dari luar UII. Bertindak sebagai narasumber adalah mahasiswa yang berkolaborasi dengan dosen.

Pemaparan Judul “Sumber Daya Alam Indonesia sebagai Natural Dyes di Bidang Tekstil” pada Webinar Pengabdian Seri 2 (22/01/22)

“Indonesia masih sangat bergantung terhadap penggunaan bahan pewarna sintetis karena lebih murah harganya, padahal selain tidak ramah lingkungan, pewarna sintetis merupakan impor yang jelas membebani devisa negara,” kata Narisa Diah Sukma M.D., mahasiswa Prodi S1 Rekayasa Tekstil UII sebagai narasumber pertama. Bersama rekannya Adella Medika K.N. yang juga mahasiswa Prodi S1 Rekayasa Tekstil UII, disampaikan bahwa contoh sumber daya alam untuk pewarna alami antara lain daun/buah tom nila, tangkai tegeran, kulit manggis, daun jati, kulit batang mahoni, kulit kayu secang, daun ketapang, daun pohon rambutan, dan daun suji.

Narasumber kedua adalah Ir. Drs. Faisal R.M., M.T., Ph.D. dengan mengangkat topik tekstil industri. Tekstil terbagi dua, yaitu tekstil sandang dan tekstil non-sandang. Sedangkan tekstil industri artinya kontribusi tekstil yang dibutuhkan oleh industri. Ada tiga kelompok dari tekstil industri, yaitu material (bahan baku penolong) seperti badan kereta api, badan pesawat terbang, dan badan mobil; komponen produk seperti kursi kereta api, kursi pesawat terbang, dan kursi mobil; serta produk jadi (finished good) seperti alat pelindung diri (APD) masker dan hazmat, tas ransel, dan tenda kemah. Ada persyaratan teknis yang perlu dipenuhi dalam tekstil industri.

Pemaparan Judul “Pemanfaatan Serat Sabut Kelapa sebagai Bahan untuk Keperluan Teknis dan Non-Teknis” pada Webinar Pengabdian Seri 2 (22/01/22)

“Indonesia merupakan negara terbesar penghasil kelapa di dunia menurut data dari Dirjen Perkebunan 2021. Saingan kita itu Filipina, jauh di bawah kita, tapi ekspornya lebih tinggi dari Indonesia karena pemanfaatan maksimal dari produk kelapa,” lanjut Ir. Pratikno Hidayat, M.Sc. Serat sabut kelapa (cocofiber) merupakan turunan atau hasil samping dari buah kelapa dengan bobot sekitar 35% dari buah kelapa dan nilai jual yang lebih tinggi dari buah kelapa itu sendiri. Pemanfaatan non-teknis sebagai serbuk (cocopeat) media tanam, briket, sapu, keset, pelapis jok mobil, dan peredam ruangan. Pemanfaatan teknisnya sebagai reinforcement material komposit.

Narasumber keempat adalah Dr. Eng. Rina Afiani Rebia, S.Hut., M.Eng. Terlebih dahulu, diperkenalkan bahwa non-woven merupakan kain bukan tenunan yang diikat dengan perlakuan kimia, mekanik, panas, atau pelarut. Adapun natural produk dapat digunakan sebagai zat anti bakteri pada material non-woven. Natural produk di bidang tekstil dibagi tiga, yaitu serat tekstil alami, pewarna alami dan proteksi sinar UV, serta anti mikroba alami (bakteri). Sebagai zat anti bakteri, natural produk yang dapat digunakan antara lain centella , propolis, dan hinokitiol untuk serat nano pembalut luka. Perlu diketahui senyawa kimia yang akan diekstraksi dan metodenya.

Pemaparan Judul “Aplikasi Natural Produk sebagai Zat Antibakteri pada Material Non-Woven” pada Webinar Pengabdian Seri 2 (22/01/22)

Sesi tanya jawab berlangsung interaktif, pertanda peserta begitu antusias. “Mengapa pada proses pewarnaan dengan zat warna alam menggunakan obat bantu alkohol dan soda abu, apa pengaruhnya dan apa fungsi dari obat bantu tersebut?” demikian salah satu pertanyaan yang dibacakan langsung oleh peserta setelah dipersilakan Putri Nur Ashri Prabowo, mahasiswa Prodi S1 Rekayasa Tekstil UII yang berperan sebagai moderator. Etanol digunakan untuk membantu pelarutan hasil ekstraksi pewarna alami seperti kulit manggis pada alat soxhlet, sedangkan soda abu berperan sebagai bahan pembantu tahan luntur saat pencucian dan penggosokan.

Selengkapnya: Webinar Pengabdian Prodi Rekayasa Tekstil UII Seri 2 (2021/2022)

Assalamu ‘alaikum wr. wb.

Halo sobat semua, gimana kabarnya? Semoga tetap sehat dan bahagia selalu ya. Pada akhir Semester Ganjil 2021/2022 ini, Program Studi (Prodi) S1 Rekayasa Tekstil mempersembahkan webinar pengabdian masyarakat dengan tema “Potensi Sumber Daya Alam pada Penggunaan di Bidang Tekstil”. Webinar diselenggarakan sebanyak dua seri.

Adapun webinar seri 2 atau yang kedua insya Allah akan dilaksanakan pada:

🗓️ Hari, Tanggal: Sabtu, 22 Januari 2022
Waktu: 10.00 – 12.30 WIB
🖥️ Tempat: Zoom Meeting (link akan dibagikan setelah pendaftaran)

🎙️ Narasumber 1:
*Adella Medika K.N. & Narisa Diah Sukma M.D.*
Mahasiswa Prodi S1 Rekayasa Tekstil FTI UII
Judul: “Sumber Daya Alam Indonesia sebagai Natural Dyes di Bidang Tekstil”

🎙️ Narasumber 2:
*Ir. Drs. Faisal R.M., M.T., Ph.D.*
Dosen Prodi S1 Rekayasa Tekstil FTI UII
Judul: “Tekstil Industri”

🎙️ Narasumber 3:
*Ir. Pratikno Hidayat, M.Sc.*
Dosen Prodi S1 Rekayasa Tekstil FTI UII
Judul: “Pemanfaatan SDA untuk Finishing Treatment pada Produk Tekstil”

🎙️ Narasumber 4:
*Dr. Eng. Rina Afiani Rebia, S.Hut., M.Eng.*
Dosen Prodi S1 Rekayasa Tekstil FTI UII
Judul: “Potensi Natural Produk sebagai Zat Antibakteri pada Material Non-Woven”

🎙️ Moderator:
*Putri Nur Ashri Prabowo*
Mahasiswa Prodi S1 Rekayasa Tekstil FTI UII

Webinar ini free, terbuka bagi siswa-siswi SMA/SMK/MA/Sederajat, Mahasiswa, Profesional, dan Umum. Dapatkan materi yang bermanfaat, e-certificate, dan doorprize yang menarik. Tersedia juga souvenir, diundi bagi peserta yang mengikuti seluruh rangkaian acara webinar pada seri pertama dan kedua. Nah tunggu apa lagi? Segera daftarkan dirimu di sini: https://bit.ly/WRekateks

Jazakumullahu khayran.

Wassalamu ‘alaikum wr. wb.

Rekateks UII - Berita Terkini Event

Sebagai bagian dari upaya untuk mengedukasi masyarakat tentang sumber daya alam tekstil, Program Studi (Prodi) Rekayasa Tekstil UII menyelenggarakan Webinar Pengabdian Masyarakat dengan tema “Potensi Sumber Daya Alam pada Penggunaan di Bidang Tekstil”. Webinar ini diselenggarakan sebanyak dua seri. Adapun seri 1 atau yang pertama dilaksanakan pada hari Sabtu (15/01/2022) melalui Zoom Meeting dan YouTube Live Streaming. Peserta yang hadir kurang lebih 90 orang, terdiri dari civitas akademika UII dan juga masyarakat umum dari luar UII. Bertindak sebagai narasumber adalah mahasiswa yang berkolaborasi dengan dosen.

Pemaparan Judul “Sumber Daya Alam Indonesia untuk Bahan Baku Tekstil” pada Webinar Pengabdian Seri 1 (15/01/22)

“Bahan-bahan baku dalam industri tekstil Indonesia masih banyak mengimpor dari negara lain, dan ketergantungan ini dinilai kurang baik. Salah satu cara menekan impor adalah memanfaatkan serat-serat yang berasal dari sumber daya alam negara kita sendiri,” kata Nailul Amani, mahasiswa Prodi S1 Rekayasa Tekstil UII sebagai narasumber pertama. Dengan rekannya Muhammad Fa’id Rizki yang juga mahasiswa Prodi S1 Rekayasa Tekstil UII, disampaikan bahwa serat-serat yang dimaksud antara lain kapas, kapuk, rami, daun nanas, batang bambu, dan sabut kelapa. Fakta menarik, Indonesia penghasil bambu terbesar ketiga dunia setelah Cina dan India.

Narasumber kedua adalah Ahmad Satria Budiman, S.T., M.Sc. Materi terkait pemanfaatan biopolimer untuk produk tekstil ramah lingkungan. Diketahui dua permasalahan, yaitu produk-produk tekstil dari polimer sintetis sulit terurai sehingga mencemari lingkungan dan bahan-bahan polimer sintetis berasal dari industri petrokimia atau minyak bumi sebagai sumber daya alam tidak terbarukan. Oleh karena itu, biopolimer dapat menjadi alternatif solusi, misalnya serat polylactic acid (PLA) dari batang tebu atau pati jagung untuk textile apparels dan serat cellulose nanofibrils (CNF) dari pohon akasia atau ekaliptus untuk non-woven products.

Pemaparan Judul “Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Finishing Treatment pada Produk Tekstil” pada Webinar Pengabdian Seri 1 (15/01/22)

“Berbicara tentang finishing treatment, kalau dibahasa-Indonesiakan adalah perlakuan atau penyelesaian, lebih ke zat tambahan atau bahan pembantu. Penggunaannya bisa meningkatkan tampilan, performa, atau pegangan, dari produk tekstil,” lanjut Febrianti Nurul Hidayah, S.T., B.Sc., M.Sc. Bahan alami yang dimaksud yaitu, aloe vera, teh, kayu putih, neem, biji anggur, daun tulsi, dan minyak atsiri. Ada juga proteksi sinar UV, seperti esktrak dari saffron, teh hijau, dan kulit bawang. Salah satu contoh penelitian yang telah dilakukan adalah minyak kayu putih sebagai anti mikroba kain kapas dengan metode pad-dry-cure dan mikroenkapsulasi.

Narasumber keempat adalah Ir. Agus Taufiq, M.Sc. Dedaunan kering yang jatuh, terutama pada pagi atau sore hari yang belum terkena sinar matahari kuat, dapat digunakan sebagai zat warna alam. Barulah sisanya dapat diolah untuk kompos organik. Misalnya, daun pohon rambutan. Prosedur pewarnaan pada kain kapas dapat dilakukan dengan menggiling dedaunan kering menjadi serbuk, merebusnya, mendinginkan dan menyaring rebusan, lalu mencelup kain dan mengatuskannya. Pencelupan kain dapat dilakukan berulang kali sesuai selera warna yang diinginkan. Kemudian, fiksasi dapat dilakukan dengan larutan tawas atau tunjung.

Pemaparan Judul “Pemanfaatan Dedaunan Kering sebagai Zat Warna Alam” pada Webinar Pengabdian Seri 1 (15/01/22)

Sesi tanya jawab berlangsung interaktif, pertanda peserta begitu antusias. “Apa saja yang terkandung pada limbah tekstil terlebih kapas sehingga bisa membahayakan lingkungan sekitar? Kalau ada ide daur ulang sampah seperti popok bayi yang mengandung banyak kapas, akan menjadi seperti apa produk baru itu?” demikian salah satu pertanyaan yang dibacakan Nayla Faza Ramadhani, mahasiswa Prodi S1 Rekayasa Tekstil UII yang berperan sebagai moderator. Masyarakat umum salah kaprah bahwa popok bayi terbuat dari serat kapas, padahal di kemasan tidak disebutkan serat kapas. Bahan penyusun popok bayi antara lain wood pulp dan plastik penyusun seperti polyester, polypropylene, dan zat-zat lain.

Daur ulang dapat dilakukan dengan identifikasi plastik untuk diolah sesuai kelompoknya, bisa juga dengan dijadikan bubur kembali lalu dijadikan bijih plastik untuk produk baru seperti botol dan serat tekstil yang dapat menjadi benang dan kain. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa produk daur ulang sifat atau kualitasnya tidak sebaik produk yang dibuat dari bahan murninya. Contohnya masker dari propylene daur ulang dan propylene murni akan berbeda kekuatannya.

Selengkapnya: Webinar Pengabdian Prodi Rekayasa Tekstil UII Seri 1 (2021/2022)

Assalamu ‘alaikum wr. wb.

Halo sobat semua, gimana kabarnya? Semoga tetap sehat dan bahagia selalu ya. Pada akhir Semester Ganjil 2021/2022 ini, Program Studi (Prodi) S1 Rekayasa Tekstil mempersembahkan webinar pengabdian masyarakat dengan tema “Potensi Sumber Daya Alam pada Penggunaan di Bidang Tekstil”. Webinar diselenggarakan sebanyak dua seri.

Adapun webinar seri 1 atau yang pertama insya Allah akan dilaksanakan pada:

🗓️ Hari, Tanggal: Sabtu, 15 Januari 2022
Waktu: 10.00 – 12.30 WIB
🖥️ Tempat: Zoom Meeting (link akan dibagikan setelah pendaftaran)

🎙️ Narasumber 1:
*Muhammad Fa’id Rizki & Nailul Amani*
Mahasiswa Prodi S1 Rekayasa Tekstil FTI UII
Judul: “Sumber Daya Alam Indonesia untuk Bahan Baku Tekstil”

🎙️ Narasumber 2:
*Ahmad Satria Budiman, S.T., M.Sc.*
Dosen Prodi S1 Rekayasa Tekstil FTI UII
Judul: “Pemanfaatan Biopolimer untuk Produk Tekstil Ramah Lingkungan”

🎙️ Narasumber 3:
*Febrianti Nurul Hidayah, S.T., B.Sc., M.Sc.*
Dosen Prodi S1 Rekayasa Tekstil FTI UII
Judul: “Pemanfaatan SDA untuk Finishing Treatment pada Produk Tekstil”

🎙️ Narasumber 4:
*Ir. Agus Taufiq, M.Sc.*
Dosen Prodi S1 Rekayasa Tekstil FTI UII
Judul: “Pemanfaatan Dedaunan Kering sebagai Zat Warna Alam”

🎙️ Moderator:
*Nayla Faza Ramadhani*
Mahasiswa Prodi S1 Rekayasa Tekstil FTI UII

Webinar ini free, terbuka bagi siswa-siswi SMA/SMK/MA/Sederajat, Mahasiswa, Profesional, dan Umum. Dapatkan materi yang bermanfaat, e-certificate, dan doorprize yang menarik. Tersedia juga souvenir, diundi bagi peserta yang mengikuti seluruh rangkaian acara webinar pada seri pertama dan kedua. Nah tunggu apa lagi? Segera daftarkan dirimu di sini: https://bit.ly/WRekateks

Jazakumullahu khayran.

Wassalamu ‘alaikum wr. wb.

Untuk melengkapi perkuliahan dengan pengetahuan dan pengalaman profesional, Program Studi (Prodi) Rekayasa Tekstil UII menyelenggarakan kuliah tamu. Agenda ini diisi oleh akademisi dan praktisi dari luar kampus. Selain diperuntukkan bagi dosen dan mahasiswa di lingkungan prodi, kuliah tamu terbuka untuk umum. Pada semester ganjil 2020/2021, kuliah tamu kedua telah dilaksanakan hari Kamis (09/12/21) melalui Zoom Meeting dan YouTube Live Streaming. Bertindak sebagai pemateri adalah Dr. Muhammad Hizbul Wathon, M.Sc. selaku Dosen Prodi S1 Pendidikan Kimia Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) dan Owner “Chems Batik”.

Sejumlah permasalahan dari limbah pewarna tekstil.

“Indonesia kaya akan sumber daya alam dari Sabang sampai Merauke, jadi sebenarnya kalau kita berbicara tentang pewarna alam, kita tidak kekurangan,” kata Pak Hizbul sebagai pembuka. Untuk dapat menghasilkan warna, suatu senyawa harus memiliki sejumlah persyaratan. Di antaranya bisa menyerap cahaya pada spektrum visible antara 400 nm dan 700 nm, paling tidak mempunyai satu gugus kromofor (penghasil warna), dan memiliki sistem terkonjugasi (ikatan rangkap dan ikatan tunggal berselang-seling guna mempermudah perpindahan elektron).

Selanjutnya diketahui bahwa sekitar 10-15% atau lebih zat warna sintetis tidak terserap pada kain saat proses pewarnaan dan terbuang menjadi limbah. Beberapa metode untuk mengatasi limbah pewarna tekstil sudah digunakan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pewarna alam yang menggunakan bahan dari alam dapat menjadi bagian dari konsep “green chemistry”. Namun sebelumnya, terdapat miskonsepsi bahwa bahan dari alam ternyata tidak 100% bebas dari bahan kimia, sebab ada unsur bahan kimia baik sintetis maupun alami, berbahaya ataupun tidak.

Contoh pewarna alam yang ada di sekitar kita.

Adapun konsep “sustainability” bermakna bahwa meski sumber daya manusia makin banyak dan sumber daya alam makin sedikit, kegiatan ekonomi mampu berjalan selaras dan seimbang. Contoh pewarna alam yang berkelanjutan antara lain bisa ditemukan di kebun, bahkan dapur rumah kita, dan dapat dicoba sendiri dengan mengekstrak dan mengaplikasikannya pada kain, lalu melihat apakah bisa menimbulkan warna atau tidak. Ada banyak teknik yang bisa digunakan untuk memunculkan warna, misalnya dengan mordan, baik logam maupun alami. “Saya akan menyampaikan hasil penelitian selama program doktoral,” terang Pak Hizbul.

Kulit anggur merupakan salah satu contoh pewarna alam. Untuk mendapatkan jus anggur, kita memberi perlakuan tekanan pada buah anggur agar menghasilkan cairan. Cairan ini yang diolah menjadi jus, wine, jam, atau produk lainnya. Sedangkan limbah berupa kulit anggur dan daging buah yang tersisa dikeringkan, lalu bisa diekstraksi untuk digunakan sebagai pewarna alam. Dalam penelitian Pak Hizbul, dilakukan ekstraksi antosianin dari buah beri jenis Aronia. Hasil ekstraksi dianalisis aspek mikroskopisnya dengan teknik Solid Phase Extraction (SPE), High Performance Liquid Chromatography (HPLC), dan Nuclear Magnetic Resonance (NMR).

Selengkapnya: Kuliah Tamu Prodi Rekayasa Tekstil UII Seri 2 (2021/2022)

Assalamualaikum wr. wb.

Rekayasa Tekstil UII mempersembahkan
— Kuliah Tamu #2 Semester Ganjil —

Narasumber:
Bapak Dr. Muhammad Hizbul Wathon, M.Sc.
Dosen Prodi S1 Pendidikan Kimia UNS
Owner “Chems Batik”

Tema:
“Pewarna Alam Selamatkan Lingkungan”

Hari, Tanggal : Kamis, 09 Desember 2021
Pukul : 10.00 – 12.00 WIB
Media : Zoom Meeting

Join Zoom Meeting: s.id/KultamLenzing
Meeting ID: 92084169808
Passcode: 54321

Don’t Miss it!!!
Salam sehat selalu

Terima kasih
Wassalamualaikum wr. wb.

Untuk melengkapi perkuliahan dengan pengetahuan dan pengalaman profesional, Program Studi (Prodi) Rekayasa Tekstil UII menyelenggarakan kuliah tamu. Agenda ini diisi oleh akademisi dan praktisi dari luar kampus. Selain diperuntukkan bagi dosen dan mahasiswa di lingkungan prodi, kuliah tamu terbuka untuk umum. Pada semester ganjil 2020/2021, kuliah tamu pertama telah dilaksanakan hari Kamis (18/11/21) melalui Zoom Meeting dan YouTube Live Streaming. Bertindak sebagai pemateri adalah Ngudi Nugroho Fadhol, S.T. selaku Business Development Textile Manager and Protective Wear, South East Asia and Oceania Region, Lenzing Group.

Sejumlah product brand hasil regenerated cellulose fiber dari Lenzing Group.

“Saya berawal dari sama seperti mahasiswa sekarang, dulu masih jurusannya Teknik Kimia dan saya mengambil Kimia Tekstil,” kata Pak Ngudi mengawali pemaparannya. Berdasarkan data, konsumsi serat tekstil di tingkat global tahun 2020 sekitar 98,2 juta ton dengan 64% terdiri dari serat sintetis dan 23,2% adalah serat selulosa dari kapas (cotton). Untuk serat selulosa dari bahan kayu (regenerated cellulose fiber) sekitar 6,7% dan di sini Lenzing Group bagian di dalamnya. Ada tiga generasi regenerated cellulose fiber di Lenzing Group, yaitu viscose, modal, dan lyocell.

Bahan baku kayu, bagaimana nanti hutannya? Perusahaan hanya menggunakan hutan yang sudah tersertifikasi, yaitu hutan industri. Hutan industri merupakan hutan yang sengaja ditanam untuk ditebang dan dimanfaatkan untuk kebutuhan industri. Dalam aplikasinya, serat selulosa berbahan kayu dapat menjadi berbagai produk sandang, seperti denim, pakaian dalam, pakaian olahraga, pakaian tidur, sofa, karpet, selimut, handuk, dll. Untuk nonwoven, bisa jadi face mask, popok bayi, tisu, pembalut, lap, dll. Lalu untuk industri, bisa digunakan sebagai packaging.

Perbandingan daya serap air pada polyester, cotton, dan lyocell.

Proses produksi serat dilakukan dengan mengambil selulosa dari batang pohon menjadi bubur kayu (wood pulp) sebanyak 40%. Kemudian sisanya 10% jadi produk biorefinery seperti cuka dan xylose (pemanis buatan). Lalu sisa 50% seperti kulit kayu, lignin, dan resin (black liquor) masih bisa digunakan sebagai sumber energi yang secara tidak langsung mengurangi penggunaan batu bara. “Perlu digarisbawahi bahwa cellulose itu akan berubah ketika kondisi basah. Untuk cotton, ketika dibasahi akan meningkat kekuatannya. Tetapi regenerated cellulose, ketika kondisi basah itu malah akan turun karena ada perbedaan struktur kimia di sana,” terang Pak Ngudi.

Jika dibandingkan antara wool, cotton, polyester, dan lyocell, diketahui sejumlah perbedaan. Di antaranya, permukaan lyocell dan polyester sama-sama lembut dan mulus, tapi daya serap air pada lyocell lebih baik daripada polyester. Air hanya menyentuh permukaan serat pada polyester, air dapat masuk ke dalam serat pada cotton, dan pada lyocell (Tencel) dengan struktur nano-fiber, air dapat terserap lebih efisien karena penampang serat lebih luas. Saat berkeringat, pakaian lebih cepat kering sehingga mampu mengurangi laju pertumbuhan bakteri. Berikutnya, lyocell dan wool sama-sama mampu menyerap air, namun permukaan wool lebih kasar.

Selengkapnya: Kuliah Tamu Prodi Rekayasa Tekstil UII Seri 1 (2021/2022)

Rekateks UII - Berita Terkini

Assalamualaikum wr. wb.

Rekayasa Tekstil UII mempersembahkan
— Kuliah Tamu #1 Semester Ganjil —

Narasumber:
Bapak Ngudi Nugroho Fadhol, S.T.
Business Development Textile Manager and Protective Wear
South East Asia and Oceania Region, Lenzing Group

Tema:
“Inovasi dan Perkembangan Teknologi Serat Rayon Viskosa”

Hari, Tanggal : Kamis, 18 November 2021
Pukul : 10.00 – 12.00 WIB
Media : Zoom Meeting s.id/KultamLenzing

Don’t Miss it!!!
Salam sehat selalu

Terima kasih
Wassalamualaikum wr. wb.